"Selamat pagi, calon pengantin," sapa Gladys yang sedang duduk sambil memegang iPad nya yang menampakkan sebuah berita besar.
Berita yang baru saja dikeluarkan pagi ini. Setelah makan malam beberapa hari lalu, kedua keluarga sepakat untuk segera memberi tahu tim media. Dengan tanggal yang masih dirahasiakan.
Elias melotot saat matanya tak sengaja melihat layar iPad milik saudarinya. "Anjing??" Dia merebut benda pipih besar itu sembari memelototinya.
Gladys terkekeh sinis, "Heboh banget?"
"Mikir dah lo anjing, lo yang nyeburin gue ke masalah ini."
"Setidaknya lo gak akan kerja di perusahaan Ayah lo ini, ya kan?"
Elias memang pernah berkata jika dia tidak mau bekerja di perusahaan yang dinaungi oleh Frederick Group untuk meyakinkan Gladys bahwa dirinya benar-benar tidak tertarik dengan kursi pemimpin. Entah kenapa ucapan nya malah dijadikan serangan balik.
"Bukan ini yang gue maksud." Elias mengacak rambut dengan frustasi, "Gara-gara lo cewek sialan! Gue bakal minggat dari rumah tapi ya gak gini juga caranya."
Gladys menghendikkan bahunya. "Terlanjur basah kan? Nyebur aja sekalian. Lagian tanggal nikah lo udah ditentuin, penjagaan dirumah juga udah diperketat. Lo gak bakal bisa kabur, dan jangan pernah coba-coba kabur. Lo bakal malu-maluin kalau bertindak kekanakan kayak gitu. Cukup terima nasib lo, dan hidup dengan baik. Paham?"
Elias menatap nya sinis. "Yaudah anjing, paham gak paham juga sama aja. Ujungnya gue nikah sama om-om."
"Usianya baru 28 tahun, gak terlalu tua lah. Mukanya juga gak malu-maluin buat jadi menantu Frederick. Harusnya lo bersyukur udah gue nikahin sama orang hebat kayak Ashton. Bukannya ngeluh mulu."
"Tolol. Mana ada orang yang dipaksa nikah malah bersyukur. Mending-mending sama cewek cantik, ini sama om-om umur 28 tahun. Stress gue."
"Harta dia banyak. Lo gak akan butuh kursi pemimpin kalau jadi istrinya."
"Gue gak pernah butuh kursi itu walaupun gue jadi pengangguran! Emang gila otak lo, mau gue ngomong sampe berbusa juga gak pernah lo dengerin. Gue gak tertarik sama kursi pemimpin sialan itu. Masalah utama kenapa lo belum sampai ke kursi itu adalah ketidakmampuan lo dalam mengambil kepercayaan Ayah." Kata demi kata yang berderet itu dilontarkan dengan nada yang tajam, diikuti beberapa penekanan.
Ucapannya mampu membuat wajah Gladys merah detik itu juga; dia murka dengan tamparan fakta yang begitu ingin wanita itu tepis.
"Bajingan!"
"Fakta, yakan? Karena itulah kenapa lo ditahun ini masih duduk dikursi manager."
"Elias!"
Elias tertawa melihat betapa marah dan frustasi nya Gladys. Menertawakan betapa malangnya nasib wanita itu. Jerih payahnya masih tidak dapat pengakuan hebat dari sang Ayah. Hanya mampu marah dan melampiaskan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
eliashton | nomin.
CasualeMalangnya Elias dipaksa menikah dengan seorang pengusaha berusia 28 tahun di usia 23 tahun nya. Tapi tenang saja; dia tidak akan bersikap manis selama pernikahan mereka, dia akan memberontak, membuat masalah, berusaha menyulut naik darah sang suami...