1. Berbeda

10 2 0
                                    

Tulisan Lavera

       
   
       Sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Dulu, ada seorang laki-laki yang selalu berusaha sebisanya mencari cara agar bisa bertukar kabar dengan wanita nya. Dulu, ada seorang laki-laki yang jauh-jauh datang ke rumah walaupun hujan deras demi menemui wanita nya. Dulu, ada seorang laki-laki yang tak pernah bosan mendengarkan ocehan wanitanya. Dulu, ada seorang laki-laki yang tidak pernah merasa lelah menanyakan kabar wanitanya. Dan dulu, ada seorang laki-laki yang tidak pernah merasa puas jika tidak mengatakan kata 'cantik' yang ia berikan kepada wanita nya.

Tetapi itu dulu, bukan sekarang. Lantas, kemana perginya laki-laki seperti dia? Bagaimana kabar nya? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah bahagia di sana dengan dunianya?

Kini, kita sudah tidak lagi bertukar kabar. Kita sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Meskipun aku, sudah mengetahui akan seperti ini kejadiannya dan aku sudah mempersiapkan diri untuk tidak terlalu terpuruk, namun rasanya begitu sakit saat kembali mengingat kenangan kelam yang pernah kita rajut bersama. Begitu indah senyuman yang laki-laki itu perlihatkan, hingga mampu membuatku melupakan masalahku sejenak. Begitu lembut tutur katanya saat berbicara dengan aku, sebagai wanitanya. Begitu tatapan nya beralih menatap ku, tatapan itu begitu teduh, aku nyaman menatap matanya begitu lama. Begitu juga dengan rasa sayang nya yang begitu kentara, dari perlakuannya yang seakan-akan sangat takut jika wanitanya terluka, walau sedikit.

Dia yang tidak akan rela wanitanya terluka. Tentang dia yang sakit hati melihat wanitanya menangis. Kesabarannya yang telah membuat siapapun kagum, termasuk aku, sebagai wanitanya kala itu. Tentang dia dan masa lalu nya, yang masih belum ikhlas atas kepergiannya. Dia berkata, 'Masa lalu biarlah masa lalu, aku tidak akan mengungkit-ungkit apa itu tentang masa lalu.'

Masalah yang kita hadapi saat ini bisa di sebut masalah kecil. Namun dengan tanpa sadar nya aku malah memperbesar masalah itu. Yang awal nya memang sakit, kini terasa sangat sakit, bahkan lebih sakit. Jika bisa aku meminta waktu di putar ulang, aku akan berusaha sebisa mungkin agar tidak berkata seperti itu. Sungguh, kata-kata itu bukan dari diriku sendiri yang mengatakannya. Ini semua jebakan dari masa lalu nya, agar hubungan kita tidak bertahan lama. Bukankah kita sudah berjanji untuk menyelesaikan masalah bersama-sama, lantas mengapa kau melupakan janji itu dengan gampang nya? Bukan kah kau selalu menguatkan ku agar aku sabar menghadapi rintangan kedepannya, Lantas mengapa kau lupakan begitu saja? Aku tau masih ada rasa sayang yang terbersit di dalam hatimu mengenai aku, tapi kau tidak bisa berbuat apapun lantaran sudah terlanjur sakit hati dengan omongan wanitamu.

Katakan saja sejujurnya bila kau tak lagi mencintaiku. Aku bisa mundur dengan sendirinya tanpa siapapun menyuruh. Ada seseorang yang lebih baik dari diriku, ada seseorang yang lebih cantik dariku, kau bahkan bisa memilih mereka di banding aku yang tidak ada apa-apa nya. Kata demi kata di sini hanya aku tunjukkan kepada mu betapa rindu nya rasa hatiku. Aku akan jujur kepada alam semesta bahwa aku sangat merindukan sosok dirimu yang sudah tidak lagi terpikirkan tentang aku. Kau tau? Aku selalu mengingat kata-katamu yang seolah-olah hubungan ini bertahan lama dan akan berjalan selamanya. Di mana, Kata itu kau ucapkan saat aku sedang merasa tidak baik-baik saja. Dan bodohnya aku segampang itu percaya. Di sini tidak ada yang salah, jangan menyalahkan takdir akan perpisahan kita. Yang salah adalah kita yang sudah gagal mempertahankan kepercayaan. Jika saja kepercayaan itu bisa kita genggam dan kita pertahankan, atas izin yang kuasa hubungan kita bisa bertahan lama, dan lebih lama dari selamanya.

"Aku yakin, kita bisa selamanya."

Kata itu, kata yang selalu kau ucapkan kepadaku. Kata yang selamanya akan ku ingat. Sampai kapan pun, di detik manapun, di dunia manapun aku akan tetap bersamamu, walaupun itu hanya bayang-bayang ku. Aku seperti orang bodoh yang haus akan perhatian mu. Yang nyatanya, bukan aku lagi yang kau mau. Tugasmu menjagaku semampumu telah selesai. Silahkan pergi dan mencari dunia baru, tanpa aku. Aku mengikhlaskan kepergian mu, sedari dulu. Aku merelakan kepergian mu, walaupun rasa ini masih tersisa untukmu. Aku tidak akan lagi menoleh ke belakang, kisah kita telah berakhir tanpa memulai. Jika memang benar sampai di sini, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu karena telah membuatku merasa di cintai setengah mati. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu karena sudah menyayangiku setulus itu. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu karena sudah menerima kelebihan dan kekurangan yang ada pada diriku. Terimakasih atas semua yang telah kau lakukan untukku.

Satu hal yang harus kau ingat. Dulu aku yang telah membantu mengobati lukamu. Dulu ada aku yang selalu menjadi tempat pulang mu. Dulu ada aku yang telah mengobati rasa trauma mu. Dulu ada aku yang selalu ada di pikiran mu. Dulu bersama ku kau mengukir kenangan indah. Bersamaku kau bisa merasa bahagia. Dan bersamaku juga kau merasa senang tak ada habis nya. Itu saja yang harus kau ingat dan kau kenang. Memang aku sudah tidak ada lagi ada di hidupmu, namun cukup kau kenang saja bahwa dulu aku adalah satu-satunya orang yang paling kau sayangi setelah ibu, dan ayahmu.

Terimakasih telah meletakkan ku di nomor satu. Terimakasih telah memprioritaskan aku. Terimakasih telah menyayangi ku, Terimakasih sudah mau menjagaku. Terimakasih telah membuatku merasa di cintai. Terimakasih telah merayakan ku. Terimakasih banyak, telah hadir dan membawa bahagia di hidupku.

Tugas kita untuk saling menjaga dan melengkapi telah selesai. Ini saat nya kita berpisah dan memulai hidup baru, tanpa mengenang masa lalu..

Sampai jumpa, di kehidupan selanjutnya di mana kita sudah tidak lagi saling bertegur sapa...

-16 April 2024-

Aku Rapuh ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang