Gadis itu berlari ke arah halaman samping rumah Rachel. Dia memegangi dadanya yang terasa sangat nyeri. Air mata yang tidak bisa dihentikannya.
"Tidak mungkin," ucapanya mengulangi dengan suara gemetar.
Chelia mengambil kotak jam tangan itu dari tas kecilnya. Dengan perasaan campur aduk dia melempar asal kotak tersebut.
Bima yang berhasil menyusul adiknya dibuat heran ketika mendapati kotak yang selama ini selalu dibawa Chelia. Kotak segi empat yang sangat berarti untuknya sudah rusak terlempar ke tanah.
Bima memunguti kotak itu dan mendekati adiknya dengan segera ketika mendengar suara tangisan Chelia yang cukup keras.
"Apa yang terjadi, dek?" tanya Bima panik.
Chelia berlari ke dalam pelukan kakak nya.
"Cinta pertama ku tidak terbalas, bang. Cinta pertama ku berakhir, kisah cintaku sudah berakhir,"ucapnya pilu meredam tangisan di dada Bima.
Bima memeluk erat tubuh adiknya yang sangat terguncang. Pria itu membiarkan Chelia menangis tanpa bertanya apapun terlebih dahulu.
Bima mengelus pelan punggung Chelia yang bergetar karena tangisan. Dia menatap puncak kepala adiknya dengan sedih. Melihat Chelia seperti ini tidak pernah terbayang olehnya.
"Maukah kamu menceritakan apa yang telah terjadi?" tanya Bima penuh kelembutan.
"Pria yang aku tunggu selama ini sudah bertunangan dengan wanita lain,"jawab Chelia sesegukan.
Bima tidak bisa berkata apapun, padahal tadi pagi dia masih menggoda adiknya. Nyatanya malam ini dia mendengar kabar yang selama ini ditakutinya.
" Kamu bertemu dengannya? Dia menghubungimu?"tanya Bima penuh selidik.
Chelia terdiam, dia tidak mungkin mengatakan kalau tunangan Rachel adalah pria itu. Dia tidak ingin menghancurkan perasaan Rachel dan keluarga yang lain.
Dengan sisa tangisannya gadis itu menjawab, "salah satu teman ku di SMA menghubungi dan mengatakan kepadaku,"ucapnya berdusta.
" Kamu mempercayainya?"
Chelia mengangguk. "Tadi dia mengirimkan videonya, aku yakin pria itu."
Bima lebih mengetatkan lagi pelukkannya, kemudian membiarkan adiknya menangis menumpahkan kekecewaannya.
"Cintaku tidak berjalan dengan baik, bang."
Bima hanya menepuk pelan punggung adiknya. Tidak ada satu kata dan kalimat pun yang dapat membuatnya tenang. Tidak! Karena dia pernah berada di posisi Chelia, dikecewakan karena cinta. Menangis mungkin bisa meredakannya, tapi tidak bisa menghilangkan rasa kecewa itu.
***
Gadis itu memilih sendiri di dalam kamar, dia meminta Bima mengantarkannya ke kamar. Lalu meminta Bima juga memberi pengertian kepada Rachel dan keluarganya.
"Empat tahun aku selalu menanti untuk bertemu dengan mu. Tapi pertemuan bukan yang seperti ini yang aku inginkan."
Gadis itu membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Dia masih saja belum berhenti menangis, karena hatinya terasa pilu sekali. Dia tidak pernah berpikir kalau pria yang selalu di idamkannya menjadi bagian keluarganya. Bukan sebagai pasangannya, tapi sebagai kakak iparnya.
"Kenapa harus dengan kak Rachel?" tanya gadis itu kepada dirinya sendiri.
Di bawah sana acara tetap berlangsung sesuai rencana. Mama dan papa menanyakan keberadaan Chelia. Bima mencoba memberikan pengertian kepada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Cinta di SMA
Teen FictionDi lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya. "Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin, jam tangan ini pa...