Bukan membuka jendela mobil, Chelia menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya.
Varo berusaha tenang mengamati mobil Chelia yang menuju gerbang kampus. Bibir pria itu mencebik kecewa dengan apa yang didapatinya.
Setelah pertemuan mereka kembali, Chelia memilih untuk tidak datang ke kampus dengan alasan kesehatan. Satu minggu gadis itu sama sekali tidak menampakan dirinya. Ketika jadwal mengajar di kelas Chelia, Varo kembali mendapati ketidak hadiran gadis itu.
"Dia sedang tidak enak badan, Sir."
Itulah jawaban dari teman sekelasnya, Varo hanya mengangguk pelan.
Sampai di minggu berikutnya, wajah Varo sedikit tenang karena melihat Chelia di dalam kelasnya. Walau nampak sekali jika gadis itu menjaga jaraknya. Bahkan beberapa minggu sudah berlalu sikap gadis itu masih sama, memusuhinya.
Selama pelajaran berlangsung selama ini gadis itu sangat membangkang. Atau bahkan ketika mereka bertemu di area kampus kelihatan sekali Chelia menjauhinya. Sampai terkadang menguras kesabaran Varo.
"Rochelia," panggil Varo di akhir pembelajaran.
"Bisakah anda menemui saya di ruangan saya sekarang?"
"Tidak bisa, Sir," jawab gadis itu sekenanya.
Hanya dia, Abel dan Varo yang berada di kelas. Pria tersebut memang sengaja menunggu kelas sepi. Karena kebiasan Chelia akan keluar kelas paling akhir.
"Saya sudah harus pulang dengan Abel."
Abel hanya memperhatikan dengan diam terhadap dua makhluk yang sedang beradu mulut di depannya ini.
"Temui saya sekarang atau nilai anda akan saya kurangi,"kata Varo dengan tegas dan tidak ingin dibantah.
Chelia melirik Abel, Abel memberi aba aba untuk mematuhi apa yang diperintahkan oleh Varo.
"Gua nebeng pulang ya, Bel. Tunggu di parkiran, sebentar aja,"Chelia berbisik.
Chelie mengekor Varo menuju ruangannya, dia sengaja menjaga jarak cukup jauh di belakang pria itu.
" Kenapa bapak memanggil saya ke sini? Apa yang harus saya kerjakan agar bapak tidak menjelekan nilai saya,"ucap Chelia dengan ketus.
Varo duduk di kursinya sambil memandang Chelia dengan intens. Akan tetapi pria itu masih belum menjawab pertanyaannya.
"Apa selama saya mengajar pernah menyakiti anda? Kenapa saya melihat anda sangat tidak suka dengan saya? Bisakah anda katakan kenapa anda membenci saya?"
Alis mata gadis itu terangkat. "Perasaaan anda saja, Pak. Mana ada keberanian saya untuk melakukan hal seperti itu. Lagipula sebanyak ini mahasiswa yang anda ajar, kenapa hanya kepada saya kecurigaan anda yang tidak berdasar."
Varo membasahi bibirnya, pria itu tersenyum sinis melihat cara gadis itu menjawab pertanyaan nya. Kentara sekali Chelia tidak menyukainya.
"Apa ini ada hubungan kita dahulu?" tanya Varo.
Pria itu berdiri dari tempat duduknya, mengitari meja dan berjalan mendekat ke tempat Chelia berdiri. Pria itu bersandar ke mejanya sambil melipat kedua tangan di dada.
Chelia yang tadinya berusaha untuk tidak bertatapan muka dengan Varo, seketika melihat ke arah pria itu.
"Kalau tidak ada hal yang penting yang ingin bapak sampaikan, saya pamit pulang."
"Aku belum selesai berbicara Rochelia,"sahut Varo setenang mungkin.
" Apakah pertemuan kita di masa lalu menyakiti hati mu? Adalah sikapku kala itu membuatmu membenciku sampai sekarang?"tanya Varo tenang melirik Chelia di balik bulu matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Cinta di SMA
Novela JuvenilDi lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya. "Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin, jam tangan ini pa...