Satu

66 8 0
                                    

Di lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya.

"Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin jam tangan ini pasti sangat mahal. Saya tahu kamu membelinya dari uang tabunganmu. Nanti, setelah tiga atau empat tahun lagi. Kamu boleh memberikan ini kepada saya kembali. Seandainya jam tangan ini masih kamu simpan. Seandainya kita bertemu kembali," ucap pria tersebut tersenyum tipis.

🍂🍂🍂

Chelia sedang duduk menyandar di kepala tempat tidur di dalam kamarnya. Matanya menatap nyalang kepada benda persegi yang berada di ujung kakinya. Kenangan itu teringat kembali ke dalam pikirannya.

"Sudah empat tahun berlalu,kak. Tapi takdir tidak juga mempertemukan kita. Apa kabar mu, kak?"

Gadis itu meraih kotak yang berisi jam tangan yang dulu pernah ingin diberikan kepada seorang pria. Pria yang dia sudah sukai sejak masih SMP. Akan tetapi, di SMA lah gadis itu baru berani mengutarakan isi hatinya.

Suara hujan di luar sana membuat suasana semakin sendu untuk Chelia. Dia menarik selimut menutupi tubuhnya lagi.

"Tidak ada yang berubah dari kotak ini, sama seperti hatiku, masih tetap sama."

Ketukan pintu kamar memecahkan lamunan Chelia pada masa sekolah dulu.

Gadis itu berdiri dan membuka pintu kamar dengan cepat.

"Kamu sudah makan malam?"tanya mama di luar kamar.

"Sepuluh menit lagi Cheli ke bawah, ada makalah kampus yang harus di kirim ke Abel."

Tadinya gadis itu memang sedang mengerjakan sebuah makalah kampus yang akan dikumpulkan saat liburan berakhir. Tapi suasana hening di dalam kamar  membuatnya mengingat masa lalu.

***

"Kamu kapan mulai kuliah?"tanya papa Chelia saat makan malam berlangsung.

"Senin depan, Pa."

"Besok kita akan berangkat ke tempat om Gery, penerbangan pagi. Kamu tidak ada janjian dengan teman-teman mu yang lain,kan?"

Kening Chelia berkerut."Kenapa tiba tiba sekali, Pa? Om Gery sedang sakit?"

Papa Chelia menggeleng."Tidak, tapi besok adalah pertemuan Rachel dengan calon suaminya."

"Kak Rachel akan menikah?"tanya gadis itu sangat antusias dan bahagia.

"Kamu doakan saja, semoga Rachel kali ini setuju dengan calonnya,"sela mama Chelia.

"Ah mama! Jangan begitu dong dengan kak Rachel. Bagaimanapun juga cinta itu tergantung hatinya, tidak bisa dipaksa."

"Kamu akan selalu membela Rachel,"sindir mama Chelia tersenyum mengalah.

Dengan senyuman lebar Chelia menjawab."Oh pastinya, aku sangat menyayangi kak Rachel. Walau kami sudah mulai jarang bertemu tapi kak Rachel sedikit dari banyak sepupu yang  dekat denganku. Tapi Chelia bahagia, kalau untuk hal satu ini, Chelia akan cancel semua janji dengan teman teman, Pa."

"Jangan begadang lagi nanti malam, kita sudah harus berangkat dari rumah shubuh."mama nya menyipitkan mata mengingatkan.

Chelia mengacungkan kedua jempolnya penuh semangat.

"Besok Abimana yang akan menjemput kita di bandara sana,"ucap papa Chelia melanjutkan.

"Bang Bima sudah ada di sana?"tanya Chelia dengan sangat sangat antusias.

"Iya, kemarin papa memintanya untuk langsung ambil penerbangan ke tempat Rachel. Tadi sore sudah sampai di sana, tidak semua keluarga berkumpul di sana. Hanya beberapa, nanti kalau sudah oke baru kita berkumpul bersama."

Janji Cinta di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang