Past

588 39 0
                                    

Joonghyuk mengernyit pelan saat kepalanya seperti dihantam oleh sesuatu yang keras. Sakit, pusing, dan nyeri. Ia meringis pelan, matanya perlahan mengerjap saat kesadarannya kembali pulih.

Alisnya mengernyit dalam saat ia terbangun ditempat asing. Seperti sebuah rooftop yang ada disekolah. Joonghyuk bangkit perlahan dari posisinya. Ia menatap sekitar, tak ada yang aneh. Langitpun terlihat cerah, udara juga terasa segar.

Srak!

Joonghyuk mengerjap, ia menajamkan telinganya. Ia melangkah keluar dari lorong kecil di rooftop itu, matanya langsung mendapati sosok anak laki-laki yang sepertinya hanya setinggi pinggangnya tengah berdiri didekat pembatas rooftop.

Ada perasaan familiar dihati Joonghyuk saat melihat punggung kecil itu. Mirip seperti seseorang.

Ia melangkah mendekat, matanya kemudian terbelalak saat mendapati wajah yang benar-benar tak asing untuknya itu, namun dalam versi lebih muda.

Kim Dokja.

Joonghyuk semakin mendekat, tapi Dokja sepertinya tak menyadari kehadirannya. Seakan.. ia tidak ada. Joonghyuk menatap lekat wajah Dokja dengan perasaan campur aduk. Tidak ada seringai licik, tidak ada tatapan yang tengil, tidak ada wajah dengan raut menyebalkan. Hanya ada tatapan kosong. Mata oval yang biasanya menatap sebal padanya terlihat hampa, ada lingkaran hitam yang tercetak jelas dibawahnya. Bibir kecil merah muda yang sering mengumpat padanya terlihat sangat pucat dan pecah-pecah. Joonghyuk mengepalkan tangannya saat melihat di lengan dan kaki Dokja terdapat banyak sekali lebam, begitu juga diwajahnya. Bahkan ada perban dipipinya.

Sosok yang dihadapannya ini.. bukan Kim Dokja yang ia kenal.

Dokja bergerak semakin mendekat pada pembatas. Mata bulatnya memandang lurus, terlihat tidak takut padahal ia ada dilantai tertinggi dari bangunan sekolah.

Jantung Joonghyuk nyaris lepas saat melihat Dokja memanjat pagar pembatas. Ia dengan cepat berlari, ingin menahan tubuh ringkih itu. Namun saat ingin meraih, tangan Joonghyuk menembus tubuh Dokja. Saat itu ia langsung tersadar, bahwa ia ada dimasa lalu. Tepat dimana Dokja masih sekolah.

"Tidak.. Dokja." Joonghyuk masih berusaha meraih tubuh kecil rekannya itu, tapi ia tidak bisa. Napasnya tercekat saat Dokja ingin menjatuhkan diri dari sana.

"BOCAH BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN!" Joonghyuk benar-benar panik. Ia tahu ini hanya masa lalu, tapi.. ia tidak bisa melihat hal seperti ini.

Belum sempat tubuh kecil itu jatuh, pintu rooftop dibuka dengan kasar, beberapa guru terlihat berlari kencang untuk menahan tubuh Dokja.

Joonghyuk bernapas lega, sangat lega.

Ia melihat Dokja yang tersungkur dilantai bersama guru yang tadi langsung menariknya. Beberapa guru lain menyusul, mereka berbicara entah apa. Joonghyuk tidak terlalu dengar. Ia hanya fokus pada Dokja yang masih memandang kosong. Bahkan, saat tubuhnya dipapah berdiri, Dokja masih tetap diam. Rautnya tak berubah sama sekali.

"Sebenarnya.. ada apa?" Joonghyuk sama sekali tidak tahu apapun tentang masa lalu Dokja. Pria kecil itu tak pernah membahas apapun mengenai dirinya. Joonghyuk hanya tahu bahwa Dokja itu budak korporat biasa, ah dan ia juga punya sedikit masalah dengan ibunya sehingga tidak akur. Tidak ada yang spesial. Namun Joonghyuk tahu satu hal sekarang.

Kim Dokja.. pernah melakukan percobaan bunuh diri saat masih sekolah menengah pertama.

Jantung Joonghyuk berdenyut nyeri. Itu.. masih terlalu kecil. Dokja masih terlalu kecil.

Pandangan Joonghyuk tiba-tiba kabur, ia mengerjap. Saat membuka mata, tempat yang ia pijak juga berubah. Ia kini berada di sebuah taman.

"Hahahaha lihat wajah menyedihkannya itu!"

Another StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang