Sejak skenario baru saja dimulai, Yoo Joonghyuk tidak pernah mengerti jalan pikiran Dokja.
Pria dengan coat putih itu selalu memiliki ide diluar perkiraannya, dan Joonghyuk tidak bisa melakukan apapun jika pria itu sudah menjalankan rencananya. Namun, sejak kehadiran Dokja, perasaan was-was yang selalu Joonghyuk rasakan setiap menjalani skenario langsung berkurang.
Joonghyuk tidak sendirian, ia memiliki Dokja bersamanya.
Entah bagaimana caranya, Dokja selalu berhasil membuatnya melewati skenario sulit. Padahal disisi lain, jauh didalam lubuk hati Joonghyuk, ia tahu bahwa dirinya akan mati dengan mudah di skenario utama yang sudah berubah, tidak seperti yang ada diingatannya.
Walau enggan mengakui, Joonghyuk sebenarnya lega karena ada Dokja disisinya. Ia memang memiliki rekan diputaran sebelumnya, tapi Joonghyuk yang mengemban tugas sebagai pemimpin tentu hanya bisa memendam semua kesulitan yang ia rasakan. Perasaan depresi, tertekan, dan ingin mati, Joonghyuk tidak bisa memberitahunya pada siapapun. Joonghyuk tidak bisa memberitahu bahwa dirinya pun juga takut dengan masa depan yang tidak jelas namun sedang mereka kejar itu.
Dan Kim Dokja muncul diluar perkiraannya. Pria itu seolah sangat mengenal dirinya. Joonghyuk tidak perlu berkata apapun, Joonghyuk tidak perlu menjelaskan apapun, Dokja sudah mengerti perasaannya lebih dari siapapun. Walau menyebalkan, Dokja tidak pernah melepas genggamannya pada Joonghyuk. Joonghyuk bukannya tidak sadar. Semua skenario yang ia jalankan terasa jauh lebih mudah karena Dokja membuka jalan untuknya.
Untuk pertama kalinya, Joonghyuk benar-benar merasa bergantung pada seseorang. Padahal, ia adalah tipe orang yang menganut sistem 'people come and go'. Joonghyuk terbiasa ditinggalkan, tapi jika memikirkan Dokja akan meninggalkannya rasanya Joonghyuk tidak rela. Ia tidak mau sendirian lagi. Walau ego nya setinggi langit, Joonghyuk sadar bahwa ia sudah menganggap Dokja bukan hanya sebagai rekan dalam menjalani skenario, tapi juga sebagai teman dekat yang bisa ia percayai sepenuhnya.
Namun seperti yang ia katakan sebelumnya, Dokja itu tidak bisa ia tebak. Kadang dia terlalu kuat, dan disisi lain, dia kadang terlihat lemah. Dokja juga sering terlihat sangat jenius, tapi jika sudah bodoh, bodohnya benar-benar membuat Joonghyuk ingin memisahkan kepalanya dari tubuhnya.
Seperti saat ini.
"Sebenarnya.. apa yang terjadi?" Joonghyuk menatap tajam pada anggota party yang terlihat canggung.
"Anu.. Joonghyuk-ssi, itu..." Hyunsung mengusap leher belakangnya, terlihat kikuk.
Joonghyuk mendekat, tangannya terulur pada sosok bocah berusia sekitar satu tahun yang tengah duduk ditanah sembari memainkan coat putih kebesaran ditubuhnya. Joonghyuk mengangkat bocah itu layaknya anak kucing. Matanya menyipit saat wajah tidak asing menyapa manik kelamnya.
"Kim Dokja?"
Bocah itu tertawa lucu. Mata bulatnya berbinar-binar menatap Joonghyuk. Pipinya bulat dengan rona kemerahan. Tangan kecilnya terulur, ingin menyentuh Joonghyuk.
Joonghyuk kembali menatap orang-orang disana, menuntut penjelasan.
"Si bodoh itu mendapat bounty scenario, tapi ia gagal menyelesaikan misi. Aku tidak tahu jelas apa misinya. Dia hanya bilang akan pergi menyelesaikan misinya lalu kembali. Tapi sudah dua jam dia pergi, dia belum kembali. Jadi aku mencarinya, dan yah.. aku mendapatinya seperti itu disalah satu bangunan yang sudah roboh. Kata konstelasiku, dia akan terkena hukuman sampai besok pagi," jelas Sooyoung. Tangannya bersedekap sembari menatap Dokja prihatin.
Joonghyuk mengerutkan keningnya lalu kembali menatap Dokja kecil yang masih ia angkat layaknya anak kucing.
"Hng?" Dokja memiringkan kepalanya, menatap Joonghyuk dengan lugu. Tangan mungilnya kini ia emut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Story
Fanfic"You are the world I want to live in, Kim Dokja." --- Another story I made from my imagination for Yoo Joonghyuk and Kim Dokja. Oneshoot only. 🚨JUST BROTHERSHIP, BUKAN BXB/BL!!!🚨 🚨Isinya tidak selalu nyambung dengan alur asli. I made this to sati...