Back to You 2

219 23 23
                                    

Guncangan pelan dibahu membuat pemuda dengan alis tebal itu kembali mendapatkan kesadarannya. Telinganya berdenging, kepalanya terasa sangat pusing. Walau begitu, ia memaksa matanya untuk terbuka.

"Joonghyuk-ah, ayo bangun. Aku mau pulang. Sejak kapan kau berani tidur di kelas, huh?" Suara yang sangat familiar itu menyapa telinga Joonghyuk.

Joonghyuk mengernyit, matanya mengerjap pelan saat pandangannya kabur. Apa ia sedang bermimpi?

"Banguuunn! Aku mau pulang, aku lapar!"

Joonghyuk membulatkan matanya, tubuhnya langsung menegak, membuat pemuda kecil disampingnya tersentak.

"Kau ini kenapa?! Aku terkejut tahu!"

"Dokja?" Suara Joonghyuk bergetar.

"Iya, apa? Kau mimpi buruk?" Kim Dokja, pemuda kecil itu menatap bingung pada Joonghyuk.

Jantung Joonghyuk berdegup kencang, matanya memanas dengan dada sesak. Tak butuh waktu lama, ia langsung menarik Dokja ke dalam pelukannya.

"EHH?!" Dokja lagi-lagi terkejut. Beberapa siswa yang masih di kelas sontak menatap ke arah mereka.

"Dokja, Kim Dokja." Joonghyuk memanggil parau. Mulutnya berkali-kali menyebut nama Dokja. Bahunya bergetar, ia mulai kesulitan menahan diri untuk tidak menangis.

Tepukan lembut menyapa punggungnya.

"Aku tidak tahu kau kenapa, tapi kita harus pergi dari sini lebih dulu." Dokja berbisik pelan, setelah itu mendorong Joonghyuk. Belum sempat Joonghyuk melayangkan protes, tangannya langsung ditarik keluar kelas. Dokja juga masih menyempatkan diri mengambil tas milik Joonghyuk sebelum menyeretnya keluar.

Joonghyuk menatap tangannya yang digenggam oleh Dokja. Tangan kecil itu sudah kaku dan dingin saat ia menggenggamnya terakhir kali. Tapi saat ini, tangan Dokja masih terasa hangat. Joonghyuk langsung membalas genggaman Dokja dengan erat.

Apa ia sedang bermimpi? Jika iya, Joonghyuk tidak mau bangun untuk selamanya.

"Mana kunci mobilmu?" Dokja menoleh padanya saat mereka sampai di parkiran. Joonghyuk mengerjap, menatap linglung. Namun ia secara spontan merogoh sakunya, mengambil kunci mobil dan memberikannya pada Dokja.

Joonghyuk hanya diam dan menurut saat Dokja mendorong tubuhnya masuk ke mobil, duduk di kursi kemudi. Tak lama kemudian pemuda itu menyusul duduk disebelahnya.

"Joonghyuk-ah, kau kenapa? Tadi kau--" Dokja menghentikan ucapannya saat tubuhnya kembali dipeluk oleh Joonghyuk.

Joonghyuk merengkuh erat tubuh kecil itu, salah satu tangannya mengelus kepala Dokja dengan lembut. Joonghyuk tidak mampu menjelaskan perasaannya saat ini.

Sosok yang tak bisa ia lihat lagi selama lima tahun kini berada dalam dekapannya. Tubuh Dokja tidak lagi dingin, mata bulatnya tak lagi terpejam, bibirnya tak lagi terkatup tanpa kata. Napasnya masih berhembus dengan hangat.

Dokja-nya hidup.

"Kau mimpi buruk saat tidur tadi?" Dokja menepuk-nepuk punggung Joonghyuk pelan.

Joonghyuk mengangguk.

"Apa itu menyeramkan?"

"Sangat menyeramkan. Rasanya aku ingin mati."

"Jangan khawatir. Itu hanya mimpi, kau akan baik-baik saja."

Joonghyuk memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri. Dokja akan khawatir jika ia terus seperti ini. Beberapa menit kemudian, Joonghyuk melepas pelukannya.

"Sudah merasa lebih baik? Aku saja yang menyetir jika--"

"Tidak, tidak papa. Aku baik-baik saja." Joonghyuk menarik napas pelan. Ditatapnya Dokja yang memasang raut khawatir didepannya. Joonghyuk mengulas senyum tipis lalu menepuk-nepuk kepala Dokja. "Jangan khawatir, mimpiku cukup mengerikan, makanya aku seperti ini."

Another StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang