12.

355 46 14
                                    

Play Ananda's Favorite Song :
Ode To My Family by The Cranberries

Sering begadang kemudian kena hujan saat tubuh tidak fit adalah perpaduan mematikan. Sachio demam sepulang dari main seharian bersama adik dan sepupunya. Kemarin hujan tiba-tiba turun dan ia kena hujan sedikit saat hendak pulang. Sampai rumah Sachio tidak enak badan dan tenggorokannya sakit. Alhasil paginya, hari Senin, ia memutuskan tidak masuk sekolah.

Ibun dan Davio berangkat pergi seperti aktivitas Senin biasa. Ayah tadinya punya urusan di kantor, tetapi lelaki itu memutuskan tetap di rumah untuk menjaganya.

"Ayah ke kantor aja nggak papa. Aku bisa ditinggal sendiri. Kalau butuh apa-apa nanti aku telpon aja," kata Sachio yang berbaring di balik selimut. Tubuh bawahnya terasa dingin, tetapi ia ingat nasihat Ibun untuk tidak mengenakan pakaian tebal saat demam sehingga ia hanya mengenakan baju tidur biasa dibalut selimut.

Ayah yang datang untuk mengantar obat menempelkan punggung tangannya ke dahi. "Demam tinggi gini mau ditinggal?"

Tadi sebelum Ibun berangkat, suhu badannya sempat diukur menggunakan termometer. Cukup tinggi, di angka 38°C. Lalu setelah memastikan Sachio sarapan dengan baik, Ibun pergi kerja sekalian mengantar adiknya ke sekolah. Lalu Ayah datang ke kamar untuk memberi paracetamol.

"Nanti pasti turun kalau minum obat. Ayah ke kantor aja," katanya kemudian.

"Udah ada yang handle urusan Ayah di kantor, bukan sesuatu yang penting banget. Kalau ada apa-apa sekarang bisa lewat hape. Nanti Ayah bisa kerjain dari rumah. Lagian bos kenapa bingung banget mau ke kantor atau nggak."

"Iya-iya si paling bos besar."

Ayah terkekeh mendengarnya.

Sachio menyerah memaksa Ayah pergi. Padahal ia sudah cukup besar untuk ditinggal dengan keadaan seperti ini. Ia hanya sakit tenggorokan—seperti yang sudah-sudah terjadi. Setelah minum obat dan tidur pastilah demamnya akan turun.

"Bangun dulu, Kak. Obatnya diminum."

Menghela napas panjang, Sachio bangkit duduk. Badannya lemas. Kepalanya pening. Ia mengambil obat dari tangan Ayah, menelan obat bundar itu menggunakan air putih. Cukup menyakitkan karena tenggorokannya sedang sakit.

Saat akan berangkat pergi ke bioskop kemarin sebenarnya Sachio sudah merasa tenggorokannya tidak enak. Tapi nekat membeli es americano dua kali saat di mall dan pasar malam, kemudian makan jajanan berminyak, diakhiri hujan-hujanan saat pergi naik taksi untuk pulang ke rumah. Paginya ia langsung tumbang.

"Besok dilanjutin ya begadangnya. Sampai pagi aja sekalian nggak papa," kata Ayah tiba-tiba mengomel. "Minum esnya juga kurang banyak kemarin. Besok minum es lagi."

Sachio kembali berbaring, menarik selimut agar menutupi tubuh. "Ayah jangan ngomel nanti aku tambah pusing...."

Tidak mengindahkan perkataanya, lelaki paruh baya itu tetap melanjutkan agendanya. "Sakit tuh nggak enak, Kak Cio. Jadi usahakan jangan sampai sakit. Apalagi ngorbanin kesehatan cuma buat nonton atau mabar. Kamu udah gede, tahu sendiri kesehatan mahal. Jadi harus dijaga."

Sachio paham kalimat itu. Ia juga mengerti mengapa Ayah berkali-kali mengatakannya. Penyakit yang lelaki itu derita sejak kecil lebih dari cukup untuk menjadikan pengalaman bahwa kesehatan memang mahal.

Sachio dan Rumah Oma [NCT Wish ft. NCT Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang