13.

285 38 1
                                    

Menjelang siang badan Sachio mulai terasa enakan. Demamnya turun, tapi badannya masih agak lemas. Setelah makan siang dan minum obat, ia membuka ponsel sejenak untuk mengecek notifikasi. Ada beberapa pesan yang masuk. Ia hendak tidur kembali sebelum akhirnya suara familiar terdengar masuk ke gendang telinganya. Ia menoleh ke celah gorden jendela kamar, melihat Rei dan Yishan asik mengobrol dengan seragam sekolah lalu membuka gerbang rumah.

Sachio mengernyitkan dahi. Ini baru jam satu siang, tetapi kedua manusia itu sudah ada di depan rumahnya. Memangnya ada jam kosong? Lagipula ada jam kosong pun tidak akan membuat guru menyuruh mereka pulang.

Suara Ayah yang kali ini terdengar. "Masuk aja, Mas Cio ada di dalem kamar. Tadi barusan bangun terus makan siang."

Tidak perlu waktu lama untuk mendengar pintu kamarnya berdecit terbuka. Sachio menyibak sedikit selimut yang menutupi badan atasnya, terkekeh ketika melihat mereka di gawangan pintu. Dua sepupunya itu masuk, menaruh tas mereka ke sembarang tempat lalu duduk di pinggir kasur. Kalau sedang tidak sakit pasti dua orang itu sudah loncat naik ke atas kasurnya dengan biadab.

"Lo sakit gegara naik kora-kora kemarin, Mas?" tanya Rei tanpa basa-basi.

"Nggaklah. Yakali naik kora-kora doang bikin sakit."

"Tapi kemarin lo muntah-muntah."

Sachio mengatupkan mulut mendengar ucapan Yishan yang tak terbantahkan. Tidak salah dan tidak benar juga sih. Kemarin kan ia gegabah dan tidak memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Kalau saja Sachio tidak dalam posisi perut kenyang habis makan pasti efeknya tidak akan separah itu.

"Jadinya lo sakit apa, Mas?" tanya Yishan kembali. Sepupunya itu bangkit berdiri, memutari kamarnya lalu mencomot asal komik di rak belajar.

"Demam, tapi udah turun. Biasa radang tenggorokan. Habis minum parasetamol tadi pagi terus sekarang udah enakan," jelas Sachio apa adanya. Ia kemudian teringat sesuatu. "Kok lo berdua jam satu udah balik? Emang ada acara di sekolah?"

"Guru-guru ada rapat. Makanya dipulangin lebih awal."

Sachio ber-oh ria mendengarnya.

"Tadi ada tugas nggak?"

Rei menggeleng. "Aman."

Mereka mengobrol cukup lama dalam kamar. Sachio yang masih lemas hanya menjadi pendengar Tom and Jerry yang kadang berdebat dan kadang klop itu, sesekali menertawai ucapan mereka. Ia tahu Rei dan Yishan datang kesini bukan sekedar menjenguk, tapi juga merasa bersalah karena kemarin membuat Sachio menemani mereka bermain seharian.

Hal itu diperkuat dengan fakta Davio dan Rio yang datang tiba-tiba ke rumah, membawa buah-buahan. Rupanya parcel buah itu hasil iuran mereka.

"Mas, sorry, ya. Kemarin kita maksa naik kora-kora jadinya bikin Mas Cio sakit." Rio dengan wajah polosnya meminta maaf. Padahal ia sakit bukan karena naik kora-kora. Efeknya saja yang agak berlebihan; muntah-muntah

Sachio ingin tertawa, tetapi tidak jadi karena wajah serius Rio. Apa tiga orang kakak sepupunya itu tidak memberitahu bahwa sakitnya tidak ada hubungan dengan naik kora-kora?

"Naik kora-kora nggak bikin sakit, Yo," ujarnya kemudian. Tidak ingin membuat adik sepupunya itu merasa bersalah lagi.

"Nggak cuman itu, Mas. Kemarin kan rencana cuma nonton aja. Tapi malah ada agenda ke pasar malem dan baru pulang jam delapan. Makanya kita terlebih mereka bocil-bocil itu mau minta maaf udah ngerepotin," ujar Rei menambahi.

"Ini buahnya dimakan. Kita berlima beli iuran, Kak. Sama Saga juga tapi dia nggak bisa ikut jenguk. Dia titip salam tadi, katanya cepet sembuh," kata Davio lalu menaruh barang yang awalnya mereka sembunyikan itu di atas nakas.

Sachio dan Rumah Oma [NCT Wish ft. NCT Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang