Bab 2

203 19 0
                                    

Taehyung

Lantai kamar hotel kacau balau seolah badai baru saja menyapunya. Pakaian dan botol kosong yang tak terhitung jumlahnya tampak berserakan di lantai, membuat suite mahal ini tak ubahnya motel murahan di pinggiran kota.

Suara senandung seorang pria di bilik shower besar diredam oleh air yang jatuh ke lantai. Taehyung mengintip dari bawah selimut di tengah tempat tidur California King. Menyipitkan mata karena sinar matahari yang membanjiri ruangan, dia menatap sekeliling.

Pintu suite terbuka dan langkah kaki Sungjae yang sangat dirinya hafal, terdengar memasuki ruangan. Kepala Taehyung terjatuh kembali ke bantal, menutupi wajahnya dengan selimut saat asisten pribadinya itu mendekati tempat tidur.

"Selamat pagi, Tuan," Sapa Sungjae ketika beta itu meletakkan sebotol air di meja samping tempat tidur. "Bagaimana perasaanmu pagi ini ?"

"Hei, Sungjae," Gumam Taehyung dari bawah selimut. "Kepalaku sakit luar biasa. Bisakah kau tutup tirai sialan itu, agar sinar matahari tidak masuk?"

Sungjae merogoh saku dada bagian dalam jasnya, mencari-cari pil pereda mabuk. "Minumlah ini, Tuan."

"Sungjae, aku sudah mengatakan padamu sebelumnya untuk berhenti memanggilku 'Tuan' ketika kita berada di luar Istana." Erang Taehyung sambil menurunkan selimut yang menutupi wajahnya dan bersandar di kepala tempat tidur, kemudian dia bertanya, "Sudah berapa lama kau bersamaku? Dan mengapa kau masih saja kaku Sungjae."

"Aku…seingat ku sejak kita masih anak-anak, aku sudah menjadi teman bermainmu, dan akhirnya menjadi asisten pribadimu tiga tahun lalu...sampai sekarang," Suara Sungjae bergema di telinga Taehyung. 

Senandung yang benar-benar buruk untuk kesehatan telinga terdengar semakin keras dari kamar mandi saat Taehyung turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela kaca besar dan menekan tombol otomatis untuk menutup tirainya. 

Sungjae menatap sekeliling sambil menggelengkan kepala, sebelum menatap Taehyung kembali. "Kita akan lepas landas dalam waktu kurang dari satu jam, Tuan."

"Tunggu, kenapa? Kemana kita akan pergi?" Taehyung bertanya sambil menundukkan kepalanya kembali dan menutupi matanya.

"Asisten pribadi Daewang Daebi menelpon dan mengatakan bahwa nenekmu ingin makan siang bersamamu hari ini."

Taehyung melirik ke arah asistennya dan melihat Sungjae sedang menatap ke arah kamar mandi. Mencondongkan tubuh ke depan, Taehyung terkekeh dan bertanya, "Apa kau ingin masuk ke sana dan mandi bersama beta itu, Sungjae? Aku tidak keberatan."

Menegakkan punggungnya dan berpaling dari kamar mandi, Sungjae berdehem dan berjalan ke lemari. "Tidak, Tuan, aku disini untuk memastikan dirimu tiba di paviliun Ratu Agung saat makan siang."

Taehyung menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi. "Kenapa kau selalu begitu formal, Sungjae?"

"Maaf, Tuan…aku tidak bermaksud—" 

"Cobalah untuk santai sedikit." Kata Taehyung sambil kembali merebahkan diri di tempat tidur.

Sungjae mengeluarkan jas dari lemari dan meletakkannya di sudut tempat tidur.

"Kenapa aku harus memakai pakaian itu? Tidak bisakah aku mengenakan celana pendek dan kemeja saja? Atau sesuatu yang lebih santai, yang tidak membuatku terlihat seperti Crazy Rich Dubai yang berfoto di dalam jet pribadi mereka dan menyebarkannya di sosial media dengan caption 'Habibi, come to Dubai'." Cibir Taehyung. "Tapi jika kau bersikeras agar aku mengenakan pakaian itu, setidaknya tambahkan kumis dan jenggot palsu." Lanjut Taehyung dengan nada kesal sambil menatap pakaian yang dipilih oleh asistennya.

Royal Heir (Prequel Le Prince Alpha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang