2- minta izin

229 34 9
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Javi tuh kenapa sih, kayak anti banget gabung sama kita," ucap Jerico kesal setelah melihat Javier pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dirinya maupun yang lain.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Javier seperti itu, sudah sering terjadi tapi Hansa selalu bilang mungkin Javier butuh waktu, tapi mau sampai kapan? Jerico saja mulai muak saat dirinya selalu diabaikan ketika mengajak Javier mengobrol.

"Jangan menilai orang dari luarnya aja Jer."

Sudah Jerico duga, pasti Hansa akan mengatakan hal itu untuk membuatnya selalu berpikir positif.

Jerico memutar bola matanya. "Tapi dari awal gue ngekost di sini dia udah begitu Bang, udah kehitung 3 bulan gue di sini, jarang banget gue ngeliat tuh anak nunjukin muka." Jerico mengambil buah nanas yang sudah dipotong lalu memakannya.

Hansa menuangkan es sirup di gelasnya yang kosong lalu meminumnya, kemudian menatap Jerico.

"Mungkin aja dia memang tertutup dan butuh waktu buat beradaptasi." Pikiran Hansa terlalu positif hingga membuat Jerico terkadang gemas ingin membantah, tapi tentu dia tidak berani.

"Menurut gue sok dingin sih," sarkas Jerico.

Senan yang sedari tadi asik memakan rujak di piring nya mendongak menatap kedua orang lebih tua di depannya.

"Kalian bahas Kak Javi ya? Gue liat kayaknya orangnya emang gitu," komentar Senan.

"Apa yang kalian maksud orang yang baru saja pergi?" Nao menatap Jerico dan Hansa bergantian.

"Iya, yang tadi itu namanya Kak Javier dipanggil Kak Javi." Bukan Hansa ataupun Jerico yang membalas, melainkan Senan, Nao pun mengangguk paham.

"Tapi kok aku ngerasa Kak Javi aslinya gak gitu ya?"

Semua menatap ke arah Julian yang tidak sadar jika dirinya sedang ditatap teman-temannya karena asik meminum es sirup untuk membantunya menelan rujak yang dia makan.

"Kenapa lo bisa ngomong gitu Jul?" Jerico diliputi rasa penasarannya.

"Gak tau, feeling aja sih," balas Julian dengan santainya membuat Jerico kecewa.

Jerico kira Julian sudah menemukan inti permasalahan dari sikap anak itu. Ternyata Julian mengecewakannya.

Tapi ucapan Senan selanjutnya membuat Jerico berpikir ulang, mungkin saja Senan ada benarnya.

"Bisa jadi... Dia lagi ada masalah."

°°°°

"Ngambil berapa ya, duh lupa nanya Jerico lagi," gumam Satria yang lagi berkacak pinggang sambil melihat ke arah buah mangga yang bergantungan tinggi di atas kepalanya.

"Aku izin dulu deh sama Bang Ujuy, takut dosa," batinnya.

Dengan segera Satria berjalan menuju pintu rumah Junata yang tak jauh jaraknya dari pohon mangga di halaman rumah.

7 Plane's | ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang