Suasana Rumah Baru

21 2 2
                                    

Wajah triplek, diam kek batu, asam melebihi asam jawa, semuanya ada diwajah Naira. Tak ada satu huruf alfabet pun keluar dari mulutnya. Dia sedang marah pada gus azka, kenapa? Tanpa diduga, dirinya dibawa ke Spa secara tiba-tiba dan ditinggalkan segitu saja,tapi tetap dijemput ketika dirinya sudah selesai dengan kemanjaan yang diberikan oleh SPA tersebut. Pelayan mengajak ngobrol pun tidak dirinya indahkan. Dia cukup terpejam, menikmati berbagai rangkaian Spa.

"Ada berapa tahap lagi?"

"Tiga, kak."

Aira diam,

Sontak dia amat terkejut, rangkaian paling terakhir...

"Saya tidak ingin melakukannya,"

"Maaf kak, ini sudah satu paket. Harus dijalani."

"Saya masih gadis," ucap aira menolak

"Sama saja kak, mari kak."

"Saya akan ganti rugi,"

Aira memutar bola matanya, dia terus dipaksa. Demikian dia melakukan rangkaian terakhir sampai beres, semkin marah dirinya pada gus azka.

Sedari tadi sudah selesai, tapi gus azka baru datang menjemputnya. Tak banyak bicara, gus azka langsung mengajaknya pulang.

Didalam mobil tercipta susana hening, aira selalu melihat ke arah jendela. Pikirannya sangat kalut dengan tritment yang dilakukannya tadi, dia benar-benar kaget.

"Bibi sudah masak dirumah, apakah ada makanan yang kamu ingin beli?"

Aira diam,

"Aira..."

Gus azka mencoba peka, dia menepikan mobilnya disisi jalan, turun dan membeli es alfukat kocok, dimsam, sate taichan kesukaan sang istri. Dia kembali, terlihat aira  terpejam.

Dia membenarkan posisi kursi, agar aira nyaman. Padahal aira hanya memejamkan mata saja...

"Pemaksa!" Batinnya,

"Gue benci!" Tambahnya, biasalah mendumel

Namun, bagai diserang lagi, tiba hatinya berdebar ketika gus azka mencium ujung bibirnya secepat kilat.

"Senyuman tadi malam sangat indah..."

Gus azka memandangi aira, dan mencium punggung tangannya.

"Saya selalu sabar terhadap kamu, aira." Batinya, dia melanjutkan kembali perjalan menuju rumah.

Aira sudah terlanjur berbaring, mencoba rileks dan tak sadarkan diri (tidur)

0o0

Aira terusikan, perlahan membuka matanya menatap langit-langit kamar. Matanya perlahan menyapu seluruh ruangan ini,

"Ini kamar gue sama dia, kali?" Batin aira,

Saat ingin bangun, kepala aira berat dan pusing. Ternyata sedari dia tidur, dirinya demam. Dan dikompres oleh gus azka,

Suara rintihan aira, mengganggu telinga gus azka. Dia segera menghampiri, memegang kening aira,

"Alhamdulillah, reda juga. Sekarang terasa pusing?"

Aira diam melihat ke lain arah, dia masih sebel sama gus azka.

"Tadi kamu demam, sampai merintih-rintih. Mangkannya saya pakaikan jaket."

Aira tetap diam, namun caira bening dimatanya keluar. Gus azka menyekanya,

"Ada saya disini, tidak perlu takut. Atau bunda suruh menginap disini, hemm?"

Bukan masalah dengan siapa dia tinggal, namun dia menangis karena jika dia sakit bagaimana dengan pekerjaannya, ditambah pikirannya sedang rumit.

"Kamu kenapa selalu diam, hem? Saya melakukan kesalahan ya?"

ALNAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang