Aira lagi good mood, dia pagi-pagi mengajak gus azka jalan pagi. Gus azka menuruti, belum lama jalan, mereka menepi di tukang bubur sekalian sarapan.
"Gus, ngebakso ya habis ini,"
"Habis ini? Ini pun belum abis, sayang?"
gus azka masih dangkal pengetahuannya soal aira.
"Yang makan siapa?" Ucap aira, sambil melihat gus azka serem.
"Ini saja tidak usa---"
"Masih laper, bubur saja tak cukup sampai makan usus saya, gak bertahan sampai siang gus..." ucap aira melas,
"Mana aja tukang bakso jam segini sayang?"
"Ada gus, tuh dipengkolan sana. Perempatan,"
"Tapi makan dirumah ya, dibungkus."
"Atuh guak, guak enuakk." Ucap aira selagi mengunyah,
"Enak, nanti dipanaskan lagi."
"Nanti gus larang saya makan, baksonya dibiarkan dulu. Gak mau ah!"
"Nih orang tahu aja lagi," batin gus azka,
"Bungkus atau gak beli."
"Tetep beli, tetap makan ditempat, dan beli pakai uang sendiri."
"Kamu pelit banget sama istri, cuman soal makanan juga." Gumam aira,
"Bukan pelit sayang, bukan. Hanya saj---"
"Orang-orang mah, kalau istrinya banyak makan, seneng. Apapun dituruti. Emang mau dikatain istrinya kek tengkorak, padahal suaminya orang kaya." Cerocos aira,
"Saya kalau sama ayah, gak pernah tuh dilarang-larang jajan, meski hiks, hiks meski udah mak-an banyak."
Gus azka kaget, istrinya nangis terisak-isak. Dia gelagapan,
"Eh, eh...sayang. ko nangis? Saya bukan ngelarang kamu makan, tap---"
"Kalau gak ngelarang, ap-a namanya?"ucap aira selagi menyeka air matanya,
Gus azka menggaruk telengkuknya yang tidak gatal, dia melihat sekeliling, ada beberapa orang yang memperhatikan.
"Hey, sayang...sudah ih, malu. Tuh dilihatin sama anak kecil. Sudah ya...ya iya boleh makan ditempat..."
"Udah gak mood, kamu ngancurin mood saya hari ini."
"Maaf sayang, maaf...saya hanya khawatir, nanti kamu terlalu kenyang. Khawatir muntah, kan gak baik. Sayang...."
"Saya sudah biasa,"
"Ya udah, iya...kita beli ya. Udah jangan nangis lagi. Buburnya habiskan dulu ya, mau nambah?" Ucap gus azka selagi menyeka air mata aira,
"Gus katain aku kunti? Gak cukup makan satu mangkok?" Ucap aira menatapnya melas,
"Eh, saya salah lagi? Maksud saya, nambah saja bila masih laper, sayang..."
"Sama aja, gus lagi nantangin saya. Saya tahu gus punya uang banyak, saya tahu."
Gus azka memalingkan wajahnya ke arah lain, dia berpindah duduk menjadi disamping aira. Selagi melingkarkan tangannya dipinggang aira. Keduanya asik makan.
"Habis ini kita mau kemana sayang?" Ucap gus azka selagi mencium pucuk kepala aira,
"Langsung pulang saja,"
Keduanya berjalan kembali, gus azka melihat ada ruko dan pamplet. Gus azka menyangka, itu bakso yang dimaksud istrinya.
Gus azka tidak banyak tanya, dia menggiring aira ketempat bakso tersebut. Penjual menawari macam-macam bakso, dia langsung tanya pada yang lagi ngidam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNAIRA
RomancePondok pesantren menjadi seribu serba serbi kenangan indah yang dilalui dengan seribu rasa tidak bisa dijelaskan. Terkadang ingin sekali menghapusnya, tapi selalu ada dalam ingatan. Sampai dipenghujung cerita, kembali lagi pada cerita awal. Namun be...