Gus azka merasa sedikit kesal dengan istrinya, sedari pagi ingin berangkat ke rumah mertuanya, wajahnya terus di tekuk. Ditanya hanya jawab "gak apa-apa". Sungguh, tidak enak di lihat. Bagaimana kalau uminya lihat? Pasti dirinya yang kena amukan sang abah.
Alasan pengantin baru ini mampir ke pondok, karen esok hari milad ke-30 pondok pesantren Al-Kausar.
Perjalanan hanya menempuh 2 jam, aira tetap diam. Gus azka memikirkan cara agar ekspresi aira bersahabat, gus azka ingat sang istri pernah bilang tadi pagi sebelum dirinya mandi, ketika dijalan tolong mampir ke toko kue. Gus azka menepikan mobilnya di depan tokonya,
"Sayang, ayo..." ucap gus azka selagi menatap dan meraih tangan aira,
"Gus saja yang beli, 3 varian bebas." Ucap aira menatapnya kembali,
"Sayang, saya tidak tahu macam-macam varian kue. Yuk turun, hem?"
"Gus saja ya, terserah varian apa saja."
Gus azka mencium punggung tangan sang istri,
"Kenapa? Ada apa? Saya ada salah?" Ucap gus azka lembut,
Aira meringis, dia meremas tangan gus azka kuat, selagi menunduk. Nyatanya aira sedang datang bulan, ini kali hari pertama. Kebiasaannya terasa nyeri, mual dan pusing.
"Sayang? Aira?"
Aira menangis, "Sakit gus..."
"Kenapa?"
Aira meminta kantung plastik, dia sudah tak kuat lagi. Ingin muntah, kepalanya terus berputar-putar. Gus azka sedikit panik, ini kali pertama dia tahu kondisi sang istri. Aira muntah terlalu banyak dan mencekik, itu terjadi berulang-ulang kali. Sampai menghabiskan 5 kantong plastik. Gus azka cukup memperhatikan, tak mau banyak bicara.
"Minum dulu,"
Aira menurut,
"Mau ke klinik? Atau ada obat yang harus di minum."
Aira mengangguk,
"Apa?"
"Kiranti sama oskadon saja, gus."
"Ada lagi,?"
"Saya kalau lagi haid, gak nafsu makan. Tolong belikan beberapa minuman saja."
"Almer? Vodka? Bir?"
Plak
Aira memukul lengan suaminya, gus azka tertawa pelan
"Iya, iya, maaf bercanda. Minuman apa?"
"Susu Ultra original saja,"
"Ada lagi,"
"Sudah, terima kasih gus."
Gus azka mengelus perut ramping aira, menatap wajah aira yang terpejam, sedikit enak kondisinya setelah muntah.
"Selalu seperti ini kalau haid?"
Aira menganguk, gus azka mencium kening aira. "Sakit?"
Aira mengangguk, berakhir gus azka yang membeli beberapa kue untuk orang rumah. Dia juga membeli kue yang biasa aira makan.
Gus azka kembali melajukan mobil, menepi disalah satu supermarket.
"Gus," ucap aira saat gus azka hendak keluar mobil. Dia menoleh,
"Kalau rara nitip beli pembalut, dosa gak?" Ucap aira, menurut gus azka aira sedang mood manja.
"Tidak, kenapa?"
"Mau,.."
Aira menyebutkan mereknya,
"Pakai sayap atau tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNAIRA
RomancePondok pesantren menjadi seribu serba serbi kenangan indah yang dilalui dengan seribu rasa tidak bisa dijelaskan. Terkadang ingin sekali menghapusnya, tapi selalu ada dalam ingatan. Sampai dipenghujung cerita, kembali lagi pada cerita awal. Namun be...