Gus azka dan aira sudah berada di Bandung, tepatnya tadi siang. Keduanya masih terpejam menikmati lelah perjalanan, maklum keduanya singgah dibeberapa rumah kerabat gus azka.
Aira menarik selimutnya, menutupi seluruh badannya. Tersisa kepala saja, asik tidur tanpa terusikan. Apalagi dengan suhu udara bandung, dengan villa pilihan keluarga. Huh, cocok banget untuk honeymoon.
Alarm gus azka berdering, tapi hanya aira yang bangun. Dia bangun mematikannya, dia pun tidur kembali. Selang beberapa jam berdering kembali,
"Gus,..gus, ada yang telpon." Ucap aira serak, sambil mata terpejam dan menepak-nepak pipi sang suami.
"Hem,"
"Angkat, berisik."
"Hem,"
"Gus, ayo lah bangun..." ucap aira semakin terganggu,
Gus azka bangun, nyatanya sudah jam 5 sore, dirinya belum sholat asar. Dia bergegas masuk kamar mandi, dan sholat. Membangunkan aira, dia hanya bergeming. Gus azka meninggalkannya,
Selesai, gus azka masih melihat posisi berpelukan antara gulung dan istrinya ini. Padahal janjinya 5 menit lagi bangun. Gus azka sangat sensitif dengan waktu sholat. Dia membopong sang istri ke kamar mandi, untuk wudhu. Aira menolak, gus azka melotot, nyali aira menciut.
Sudah wudhu, aira melihat gus azka, dengan wajah melas, roma-romanya lelembutan dia belum kumpul.
"Apa? Cepet jalan, saya dibelakang." Ucap gus azka dingin.
"Galak," gumam aira,
"Cuma mau lihat aja, emang gak boleh?" Cerocos aira selagi jalan,
"Cuman memastikan saja, ini suami ku atau bukan,"
"Kamu kira siapa? Mantan?" Jawab gus azka meladeni. Aira ingin duduk dibibir ranjang, tapi tak jadi. Gus azka berdehem ngeri,
"Alnaira, sholat..."
"Iya,"
Aira leha-leha saat ingin memakai mukenanya,
"Alnaira cepat sedikit bisa?"
Aira melempar mukenanya, dia duduk diatas sajadah. Gus azka berdecak, dia menghampiri. Berdiri dibelakangnya,
"Pakai mukenanya, segera sholat. Habis itu mandi, habis mandi makan. Lalu istirahat,"
"Bukan anak SD,"
"Betul jika status, namun sikap MIRIP."
"Ayo dipakai mukenanya, sudah telat loh ini. Ingat harus tumaninah!"
"BAWELLLLL!" Teriak aira, sambil berdiri. gus azka tersenyum tipis,
Aira sholat, gus azka mengambil pesanan didepan pintu. Dia menata makanan. Aira berbaring lagi diatas sajadah, dirinya masih lemas.
"Gus,"
"Cepat bereskan, kita makan."
"Makan pedes,"
"Cabe?"
"Seblak ada gak sih disini?"
"Gak ada,"
"Payah banget, mie pedes ada?"
"Gak ada,"
Aira merapihkan alat sholatnya, duduk disamping gus azka. Gus azka mencium wajah lelah aira.
"Makan apa?"
Gus azka segera menyuapi aira sebelum ngereog kalau sudah terlampau lapar. Keduanya diam, hanya drakor kesukaan aira yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNAIRA
RomansaPondok pesantren menjadi seribu serba serbi kenangan indah yang dilalui dengan seribu rasa tidak bisa dijelaskan. Terkadang ingin sekali menghapusnya, tapi selalu ada dalam ingatan. Sampai dipenghujung cerita, kembali lagi pada cerita awal. Namun be...