Sejak kemarin siang hingga sore ini, aira sedang mood diam. Diam bukan karena wataknya namun lebih serem, gus azka hampir tidak bisa mengendalikan amarahnya. Gimana perasaan kalau kita bicara, namun tidak dilayani? Didekati menjauh tanpa alasan,
Aira berada dikamar, Gus azka duduk diruang tv selagi memikirkan kesalahan. Aira tidak marah, hanya sedang mood diam sambil menenangkan pikirannya. Alasan aira diam, melihat gus azka mengantarkan salwa ke stasiun dan hanya berdua, ditambah mobilnya sangat menyengat aroma parfum salwa dan gus azka tak menyampaikannya itu.
"Menyengat sekali?"
Gus azka diam,
"Habis dari mana?"
"Mau makan apa? Dimana?"
"Habis keluar sama siapa?"
"Habis nganterin siapa? Aan, anan?"
"Bisa bicaranya nanti, hem?"
Aira diam, Mobil melaju, hening tanpa obrolan. Sampai rumah, aira tetap diam, gus azka tertidur karena kepalanya terasa pusing, dan saat bangun dia mulai mengajak bicara aira. Tapi, terus dihiraukan, sampai tidur pun aira tak mau disentuh.
Gus azka menghembuskan napas, dia memilih untuk nge-gym sebelumnya mengirim pesan pada aira. Aira menghiraukan, dia sibuk dengan pekerjaan yang belum selesai, padahal deadlinenya masih lama.
"Ning, ada jus jambu mau?" Ucap bibi, saat aira keluar kamar. Bibi sangat khawatir padanya, sejak pagi sampai siang belum makan, cuman minum dan ngemil.
Aira cukup menjawab menggelengkan kepala,
"Gus tadi keluar, izin mau olahraga."
"Ning mau makan sama apa, bibi buatkan."
"Lagi kurang nafsu, bi." Ucap aira, lalu berlalu sambil membawa es kopi buatannya. Bibi mengngguk,
"Ini bukan ribut biasa..." ucap bibi,
Aira kembali melanjutkan pekerjaan. Sore tiba, gus azka datang aira baru saja selesai mandi.
"Masya Allah, harum sekali..." ucap gus azka, memperhatikan aira sedang menyisir.
"Malam ini makan malam di luar ya.."
Aira diam, gus azka menghampiri. Memeluknya dari belakang. Mencium pucuk kepala aira,
"Sudah selesai kerjaannya?"
"Dandan yang cantik ya," ucap gus azka, lalu berlalu untuk membersihkan tubuhnya.
Aira tetap dikamar, gus azka kebawah mengambil cemilan...
"Gus, ning dari pagi belum makan nasi. Bibi khawatir."
"Iya bi, nanti saya ajak makan. Biasa lagi PMS."
"Cemberut terus, bibi takut jadinya."
Gus azka terkekeh,
"Tapi masih cantik kan bi?"
"Iya, tapi tetap takut lihatnya. Judes banget."
"Takut bibi dipecat, kalau salah melayaninya."
"Gak lah bi, masa begitu."
Gus azka masuk kamar, melihat sang istri dengan menelpon. Dia mendengar itu bersama bundanya, gus azka mendekat. Menidurkan kepalanya diatas paha aira, pandangan fokus padanya. Selagi tangan melilit di pinggang ramping aira.
"Iya,"
"Ada,"
"Hem,"
"Iya, waalaikumsalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNAIRA
RomancePondok pesantren menjadi seribu serba serbi kenangan indah yang dilalui dengan seribu rasa tidak bisa dijelaskan. Terkadang ingin sekali menghapusnya, tapi selalu ada dalam ingatan. Sampai dipenghujung cerita, kembali lagi pada cerita awal. Namun be...