Jemarinya bergerak lincah. Mengupas kulit kentang dan beberapa sayuran lainnya. Memotongnya dan membersihkannya sebelum akhirnya memasaknya.
Sakura mengecilkan api. Lalu, melemparkan pandangannya ke arah Naruto. Seperti beberapa hari belakangan, Naruto terlihat bermain dengan Boruto meskipun Boruto terkesan tidak menyukai keberadaan Naruto.
Melihat usaha Naruto, Sakura mencelos. Naruto terlihat tulus. Tawanya hangat. Ia adalah sosok yang terbaik yang pernah Sakura temui.
Beberapa hari usai bertemu dengan Ino, Sakura berusaha memusatkan perhatiannya kepada Naruto. Namun, lagi, ia gagal. Ia selalu teringat dengan Sasuke.
Padahal sebelumnya, ia masih memiliki pemikiran positif dan masih bisa berupaya lebih baik. Entah bagaimana hal itu bisa menghilang begitu saja.
Ketika Sakura berusaha mengungkit keburukan Sasuke, ia malah berakhir teringat dengan bagaimana cinta dan usahanya kepada Sasuke.
Lalu, bagaimana lagi ia harus melupakannya? Apakah semua akan lebih baik jika Sakura menemui Sasuke langsung?
Namun, tidak berada di sekitar Sasuke saja membuatnya selalu terbayang dengan Sasuke, bagaimana jika ia menemui Sasuke? Adakah jaminan bahwa perjalanannya akan berkembang lebih baik?
Manik matanya membulat. Lagi dan lagi, bayangan Sasuke muncul di hadapannya. Kini, bukan Naruto yang bermain dengan Boruto. Melainkan Sasuke yang bermain dengan Natsuki. Begitulah gambaran yang ditangkap penglihatan Sakura.
Namun, seperti biasa, gambaran itu lenyap beberapa saat kemudian. Gambaran itu kini berubah menjadi Naruto dan Boruto kembali.
Pelupuk matanya basah. Air matanya mulai menderai. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan mulai menangis dalam diam. Kali ini, halusinasinya muncul kembali.
Jika terus seperti ini, bagaimana dengan kehidupannya yang akan datang? Akankah ia menyakiti hati Naruto lebih dalam lagi?
"Sungguh, mengapa sesulit itu?"
✧-'-✧
Naruto sadar. Sakura tengah menangis dalam diamnya. Meskipun Sakura menyembunyikannya dengan membalikkan tubuhnya, bahu Sakura tidak berbohong. Bahu yang bergetar. Suatu tanda yang sering Naruto alami.
Naruto melipat bibirnya. Ia mengepalkan telapak tangannya. Ia tau apa yang terjadi pada istrinya.
Diam-diam, di malam hari, istrinya menangis di kamar mandi. Setiap malam Sakura melakukannya.
Naruto tidak akan menyalahkan Sakura. Ia tau dengan pasti bahwa Sakura telah berusaha. Naruto tau Sakura melakukan segala hal untuk melupakan Sasuke. Rintihan malam hari tidak akan pernah bohong.
Hatinya mencelos. Naruto tersenyum miris. Ia tau jika dirinya hanya sebuah bayangan seseorang untuk saat ini. Namun, Naruto tidak berbohong jika ia juga mengharapkan sebuah kisah yang indah antara dirinya dan Sakura.
"Apakah impianku terlalu berlebihan, Sakura-chan?" Gumam Naruto.
Boruto yang mendengar gumaman ayahnya hanya bertanya, "apa yang kau bicarakan, tou-chan?"
Naruto merubah ekspresinya. Ia mencerahkan ekspresinya. Melukiskan senyum senangnya. Menyembunyikan rasa sakitnya seraya berujar, "tidak. Ayo lanjutkan, Boruto!"
✧-'-✧
Suara ketukan membuyarkan fokus Sakura yang tengah mencuci piring usai makan malam bersama. Sakura segera mencuci tangan dan membilasnya.
Gadis itu bergerak ke arah pintu dan membukanya. Ia bertanya, "Itachi-nii, ada apa kemari?"
"Aku ingin menjemput Boruto. Sudah ada yang menjemputnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Isn't Yours [Naruto X Sakura]
Fiksi Penggemar[Anime Fanfiction | The New Izumi's Side Story | The Wasted One's Spin Off] Cover cr: pinterest Kesalahan fatal Sakura Haruno adalah menaruh kepercayaan pada seseorang yang belum pasti. Apakah rasa sakit hati dan kecewa itu dapat berujung dengan men...