Jarum jam terus bergerak. Menunjukkan akhir jam bekerja. Sakura menghembuskan nafasnya kasar.
Sakura mengedarkan penglihatannya. Hembusan lega terdengar dari hidungnya. Ia bergerak ke apotik rumah sakit. Membeli beberapa jenis obat di sana.
Halusinasinya semakin parah. Ia tidak tau mengapa hal ini terjadi padanya padahal dahulu ia tidak pernah mengalami hal ini.
Meskipun telah berlalu beberapa hari, Sakura rasa sesibuk apapun Sakura, sefokus apapun Sakura, rekan ataupun orang terdekat dari posisinya selalu berubah menjadi Sasuke untuk beberapa saat. Tak jarang Sakura menjadi sedikit ceroboh meskipun masih bisa teratasi.
Jika begini, bagaimana dengan nasib orang yang ada di dekatnya? Bagaimana dengan nasibnya?
Menjadi seorang dokter adalah impiannya. Ia tidak mau merusaknya hanya karena kisah cinta bertepuk sebelah tangannya. Langkah Sakura mendekat. Mendekat ke arah apotik lantai dasar.
Untungnya, bagi tenaga medis ataupun dokter dan karyawan rumah sakit, membeli obat di apotik diperbolehkan dan dimudahkan.
"Terima kasih," ujar Sakura sembari menyerahkan beberapa lembar uang dan berlalu. Tidak menyadari seseorang berada di belakangnya.
Orang itu mengernyitkan dahinya. Ia sempat melihat jenis obat yang dibeli Sakura. Ia bergumam, "siapa yang membutuhkan obat antipsikotik seperti itu? Sakura-chan, apakah kau baik-baik saja?"
✧-'-✧
Sakura menyembunyikan obatnya di balik pakaiannya. Kini, ia bergerak cekatan mempersiapkan makanan untuk suaminya. Gadis itu meletakkan makanan yang telah ia buat di atas meja makan.
"Sup tomat?"
Sebuah suara bariton laki-laki membuatnya menghentikan kegiatannya. Ia berujar dengan senang, "iya, ini-"
Ucapannya terhenti. Wajah yang semula merupakan Sasuke kini berganti menjadi Naruto. Senyum pahitnya tergambar. Lagi, mengapa Sasuke terus menghantuinya?
Sementara Naruto tersenyum kecut. Sedetik kemudian ia menyembunyikan ekspresinya. Ia tertawa sumbang. Lalu, berujar, "tidak apa, Sakura-chan. Aku juga suka sup tomat kok."
Sakura menundukkan kepalanya. Air matanya luruh. "Maafkan aku, Naruto."
Naruto terdiam. Hatinya sakit melihat Sakura seperti ini. Namun, Naruto tidak mampu membohongi hatinya yang kini juga terasa teriris.
Sudah beberapa hari Sakura memasakkan sup tomat ataupun onigiri. Naruto tau jika dua makanan itu merupakan makanan kesukaan Sasuke.
Hati Naruto terasa sakit. Ia tidak menyangka bayangan Sasuke ternyata sebesar ini. Ia sakit tapi sungguh ia tidak ingin meninggalkan Sakura dalam keadaan seperti ini.
Isakan Sakura memecah perhatian Naruto. Sakura berujar, "aku terus menyakitimu, Naruto. Aku seegois itu. Masih bersediakah kau menemaniku yang egois ini? Ataukah kau menginginkan perpisahan? Pernikahan kita masih seumur jagung. Kau masih muda. Bukan pilihan yang buruk jika kau menginginkan itu. Pasti di luar sana banyak gadis menginginkan dan memberikan ketulusan untukmu. Tidak sepertiku, aku-"
Naruto memeluk Sakura. Dengan suara seraknya, Naruto berujar, "jangan seperti itu, Sakura-chan."
Air mata Naruto kini tidak bisa ia bendung. Naruto dan Sakura kini menangis bersama. Mencurahkan rasa sakitnya di sana.
"Pemilik dunia, tolong jangan sakiti kami lebih dalam lagi. Sungguh, ini cobaan terberat bagi kami," adu keduanya serentak di dalam hati masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going] Isn't Yours [Naruto X Sakura]
Fiksi Penggemar[Anime Fanfiction | The New Izumi's Side Story | The Wasted One's Spin Off] Cover cr: pinterest Kesalahan fatal Sakura Haruno adalah menaruh kepercayaan pada seseorang yang belum pasti. Apakah rasa sakit hati dan kecewa itu dapat berujung dengan men...