Diary(2)

15 0 0
                                    

Selamat petang, kekasih hatiku...
Ini adalah sepersekian hal, dari banyak hal yang akan ku sampaikan kepada orang banyak, tentang seberapa besarnya dampakmu dalam kehidupanku.
Kali ini, aku menuliskan tentangmu, sambil mendengarkan lagu dari Banda Neira dengan judul "Sampai Jadi Debu".
Mas mengatakan, bahwa lagu ini adalah lagu sakral diantara kita berdua, yang akan menemani kita hingga sama-sama menjadi debu.
Mas Fanni, aku merasa bahwa mas membuka banyak babak baru dalam kehidupanku.
Salah satunya dengan tulisan berjudulkan "Diary" ini.
Mas Fanni, benar-benar meyakinkanku, bahwa aku bisa dan harus melanjutkan sesuatu yang sudah kubangun sejak tahun 2018 ini.
Terima kasih untuk keyakinan yang mas selalu tanamkan dalam benakku, hingga aku ingin  menuliskan lebih banyak hal tentang mas Fanni...
Mas Fanni, maaf jika aku seringkali jengkel ketika melihat mas lebih akrab dengan teman X mas.
Maaf jika aku sering merajuk, karena hal-hal yang mas Fanni pikir, sepertinya tidak perlu dikhawatirkan.
Maaf jika aku sering tidak mengerti apa yang mas Fanni rasakan.
Aku juga seringkali menuntut untuk dimengerti, sehingga lupa ada seseorang yang harus ku mengerti juga.
Mas Fanni, seperti yang ku katakan, akan ku usahakan semua yang aku bisa untuk hubungan yang sedang kita rajut ini.

Mas Fanni, mungkin saat ini mas Fanni sedang berada di kantor dan aku menunggu mas Fanni dengan setumpuk rindu, yang tak kunjung usai.
Aku baru saja membaca kembali tulisan mas, tentang aku yang tidak seberapa ini.
Setiap membacanya, aku selalu berniat untuk memberikan sesuatu yang lebih daripada yang mas berikan.
Aku disini terus merindukanmu, dan tanpa henti-hentinya aku merintih tentang rasa rindu yang terus membelenggu ku.
Mas, lagu "Sampai Jadi Debu" yang sedang ku dengarkan ini, terus membuat air dari mataku jatuh.
Tak bisa aku bayangkan, bagaimana diriku tanpa seseorang yang dilahirkan entah pada tahun 1995 atau 1996 ini.
Entah, 1995 atau 1996, bahkan 1945 pun aku tak punya masalah apapun tentang hal itu.
Yang ku permasalahkan saat ini, apakah aku bisa terus menemanimu sampai menjadi debu?
Tak masalah untukku untuk menunggu kita dipersatukan. Seratus tahun pun, aku akan menunggu saat kedua insan yang mencinta menjadi satu.
Mas Fanni, memang aku terkesan serakah karena tidak pernah ingin mendengarkan kata perpisahan diantara kita berdua.
Tapi, salahkah aku menuntut agar kita berdua tetap bersama sampai jadi debu?

Mas Fanni, saat aku memejamkan mata, aku selalu mengingat senyuman dan matamu yang sangat indah itu.
Aku menyukai senyumanmu yang paling lebar, dan matamu yang selalu memancarkan ketulusan, walaupun matamu terlihat capek.
Aku selalu menantikan malam-malam panjang, yang kita berdua habiskan.
Mungkin, kalau orang lain mendengar mereka pikir kita berdua adalah orang yang tidak waras.
Tetapi, bagaimana lagi? Kita adalah dua insan yang sedang benar-benar dimabukkan oleh cinta kita sendiri.
Seperti yang ku katakan. Aku menyukai semua hal tentangmu, apapun itu yang kamu pikirkan.
Begitulah orang yang sedang dimabuk cinta, ia akan menyukai segala hal tentang orang itu.

Mas Fanni, maaf tulisanku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tulisan-tulisanmu, yang selalu membuatku tersentuh berulang-ulang kali setiap aku membacanya.
Mas Fanni, mungkin kali ini sampai sini dulu yah...
Ijinkan aku, untuk lain kali menuangkan cerita tentang dirimu yang tak pernah ada habisnya.
Aku berharap, ketika mas pulang, mas membaca tulisanku ini dan bisa mengobati rasa capek yang ada dalam diri mas hari ini.
Aku mencintaimu

Lm2024~
♾️

QuotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang