7

25.8K 347 11
                                    

Acara pertunangan Victor dan Raisa sangat sederhana dan private, hanya makan malam yang di adakan disebuah restoran keluarga yang sudah dibooking full agar tak seorangpun dari pihak luar mengetahuinya.

Raisa merasa kecewa karena ia ingin mengadakan pesta pertunangan meriah karena ingin menyombongkan diri sebagai pasangan Victor, namun apa daya jika Victor sendiri yang ingin merahasiakannya dari media karena takut saingan bisnis memanfaatkan situasi yang bisa apa saja terjadi, itulah alasan yang keluarga Raisa terima.

Meja bundar yang dipenuhi dengan makanan lezat dan mewah itu ditempati 6 orang, dan salah satu dari mereka merasa kecewa sekaligus sakit hati, siapa lagi jika bukan Aluna yang menyaksikan Victor memasang cincin pada jari Raisa.

"Cincin yang indah," puji Raisa.

"Tapi terasa sakit, kupikir ini terlalu kekecilan dijari ku Victor," ucap Raisa memandang cincin silver yang menghiasi jarinya.

"Besok aku pesankan yang baru, kamu setuju Raisa?"

Raisa mengangguk setuju.

Kemudian gantian Raisa yang memasang cincin pada jari Victor.

"Selamat, kalian berdua sudah terikat sekarang," ucap mama sambil bertepuk tangan.

Kemudian papa ikut bertepuk tangan memeriahkan suasana yang sepi.

Kakek tersenyum senang, namun ia merasa kasihan meliahat Aluna, gadis itu yang dicintai Victor tapi harus melihat Victor bertunangan dengan saudarinya sendiri. Sebagai kakeknya setelah mendengar cerita panjang Victor, ia mendukung penuh rencana cucunya untuk membalas dendam pada keluarga Aluna yang tidak bertindak adil pada gadis itu.

Kakek menepuk pundak Aluna. "Makanlah," suruh Kakek.

Aluna menatap kakek, lalu memotong-motong daging dengan pisau dan garpu yang tersedia.

"Victor, kami punya tradisi dikeluarga kami," ucap Papa.

"Tradisi?"

"Ya, kami mau kamu tinggal bersama di rumah kami selama menjadi tunangan Raisa, tapi bukan berarti kalian harus sekamar ko. Kami cuma mau Raisa dan kami orang tuanya mengenalmu lebih dekat sebelum kalian menikah."

Aluna menatap papanya. "Tradisi apanya? kapan kita punya tradisi bodoh macam itu papa?"

"Aluna!" sentak mama.

"Jaga mulutnya Aluna," peringat Raisa.

Aluna menatap Victor, berharap pria itu mampu menolaknya tapi jawaban Victor malah berbanding terbalik dengan yang ia harapkan.

"Itu tradisi yang bagus, kapan saya harus pindah ke rumah kalian?" tanya Victor.

"Malam ini juga, kamu mau kan pulang bersama kami Victor?" tanya papa.

Victor mengangguk.

Kakek tertawa. "Kalau begitu kakek harus pulang sendirian dong nanti,"

"Maaf, kami lupa memberi tahu hal ini sebelumnya," ucap papa dan mama.

"Tidak masalah, jangan khawatir ada sopir yang menemaniku," ujar kakek santai.

"Saya titip cucu saya pada kalian."

"Aku akan buat Victor betah di rumah kami kakek," ucap Raisa dengan senyuman terbaiknya.

Aluna memegang pisau makannya, rasanya ia ingin menancapkannya pada jantungnya sendiri karena sangat sakit dan ia ingin menangis keras.

"Mari kita makan hidangannya, lihat Aluna bahkan sudah melahap setengah di piringnya, sungguh tak beretika," kata mama.

"Tidak apa-apa, lihat kakek tua ini juga sudah menghabiskan daging di piringnya, saya kira kita sudah boleh menikmati makanannya, aduh etika kita ternyata sangat buruk Aluna," ucap Kakek tertawa terbahak-bahak.

Revenge (Victor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang