6

32.7K 305 5
                                    

"Sekalian saja kakek bicarakan perjodohan, Victor bilang dia setuju menerima perjodohan karena menyukai calonnya, bagaimana dengan putri kalian? apa dia mau menerimanya?"

Aluna menatap Victor bingung, sedangkan Victor memberikan senyuman pada Aluna.

'Apa Victor udah bilang ke kakeknya kalo kita mau nikah? cepet banget hueee takut ga siap jadi istri Victor,' pikir Aluna.

"Gimana Raisa? kamu tetep nolak apa mau terima?"

Tunggu... apa maksudnya? kenapa kakaknya yang ditanya? bukan Aluna?

Victor pun sama kagetnya, ia menatap kakeknya lalu mencerna semua.

"Kalo tau dijodohin sama Victor, aku bakal langsung setuju Ma," jawab Raisa yang jatuh cinta pada visual Victor.

"Dia bilang mau Victor," ucap kakeknya karena Victor tak memberi respons setelah Raisa bicara.

"Jadi kapan kita bisa melaksanakan acara tunangannya?" tanya Victor sambil menatap kekecewaan Aluna.

"Kita bisa menggelar pertunangan secepatnya," ujar papa Raisa.

Raisa tersenyum, lalu ia menggandeng lengan Victor mesra. "Maaf sebelumnya aku ga bisa dateng ke janji kita beberapa bulan lalu," bisik Raisa pada telinga Victor.

Aluna meremas gaunnya, otaknya seakan tak bisa mencerna semua hal yang ia dengar. Aluna pergi tanpa pamit dari ruang pesta, dadanya terasa sesak melihat Victor kekasihnya digandeng oleh kakaknya sendiri.

Victor melihat kepergian Aluna, lalu ia melepas tangan Raisa yang menggandeng lengannya. "Kita lanjutkan pembicaraan ini kapan-kapan, saya lupa ada kerjaan penting yang harus diurus."

"Kerjaan kantor nak? biar sekertarismu yang mengusurnya Victor," ujar Kakek.

"Ga bisa kek, Victor harus pergi sekarang. Permisi Om, Tante," ujar Victor pamit undur diri.

Raisa menggeretakkan giginya kesal.

Sebenarnya Victor tidak pulang atau pergi dari sana, melainkan menyusul Aluna ke kamar tidurnya.

Dia melihat Aluna berjalan sambil menangis dan masuk ke sebuah kamar, tak ragu ia langsung masuk kamar mengikuti gadisnya.

Aluna yang baru masuk ke dalam kamar sangat terkaget ketika Victor juga mengikutinya masuk ke dalam kamarnya.

"Victor?"

"Yes Darling." Victor memeluk tubuh mungil Aluna erat.

Aluna memukul dada Victor. "Kamu prank aku ya mau tunangan sama kak Raisa?" tanya Aluna sambil meneteskan air mata.

Cup.

Victor memberi satu kecupan pada bibir lembab Aluna.

"Aluna sayang, dengerin aku. Keputusanku tadi ga bercanda."

Aluna mendorong dada Victor, lalu memundurkan kakinya ke belakang.

"Aluna, aku serius sama kamu, tolong percaya aku. Aku udah tau semua perbuatan buruk keluarga ini ke kamu, aku mau balas dengan caraku."

"Caranya tunangan sama kakakku sendiri Vic?" tanya Aluna.

"Supaya dia tau rasanya sakit hati, dikhianati, dan tidak semuanya bisa dia dapatakan. Dengan rasa sakit Raisa, orang tua kmau yang pilih kasih itu juga akan dapat karma."

Aluna menggelengkan kepalanya. "Ngga jangan, itu salah Victor, ngga semua hal buruk harus dibalas dengan jahat."

Victor melepas jasnya dan memakai kemejanya saja, lalu ia memeluk pinggang Aluna. "Aluna aku pendendam, aku ga seperti kamu yang baik hati, aku ga akan biarin orang yang udah menyakiti kamu bahagia. Aku selalu membalas berkali-kali lipat Aluna."

Revenge (Victor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang