Kota itu

3 0 0
                                    

Di tengah rintik hujan yang kian deras, terselip tawa di sela gemuruh langit pada malam tak berbintang.

Aku duduk di sana, berteduh di antara temaram lampu dan percikan air hujan, diantara teduhnya mata mu dan pelukan itu,

Menanti hujan reda, berharap waktu berhenti di sana.
Mata mu yang teduh dengan senyum mu menggoreskan banyak pertanyaan di dalam benakku,

"Apakah masih ada kesempatan ?"

Sungguh di sayangkan, dua hal indah itu

Larut dalam harap, sedalam tatapan itu membawa ku bermimpi berdua tertawa melakukan banyak hal yang tak pernah kita lakukan,  didalam benakku.

"Apakah aku tidak pantas? Untuk mendapatkan itu seutuhnya?"

Larut dalam harap, bising suara gemuruh hujan yang selalu bergegas menemui danau.

Larut dalam harap, bising hiruk pikuk kota itu bergegas senyap karena senyuman mu.

Larut dalam harap, kesunyian itu berteriak di hadapan wajah ku, mereka berkata

"Dia bukan milikmu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untaian ElegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang