"Kakak.." Tangis Chiba yang sedang berlatih bersama kakaknya
"bangun." Ucap Nacht dengan dingin.
"Tanganku kak, kembalikan" Chiba menangis sesegukan. Nacht mencekiknya keudara dan membantingnya ke tembok kastil yang begitu jauh. Badannya pun hancur lebur."lemah" ucap Nacht, Nacht berjalan pergi dari tempat itu, meninggalkan Chiba yang telah meninggal di tempat latihan. Seketika Nacht merasakan Aura yang begitu kuatnya datang dari tubuh Chiba yang sudah hancur lebur. Jiwanya bangkit dan membentuk tubuh yang baru. Matanya terbuka putih dan gerak geriknya menyerupai seekor rubah.
"Shin, kamu belum cukup." Ucap Nacht
"Berhentilah membunuh adikmu. Kau membuatku muak." Ucap Shin
"Berhentilah mengeluh dan jadilah kuat. Aku tidak ingin Calon adikku dirasuki oleh seorang dewa yang hanya ingin memanfaatkannya." Ucap Nacht dengan dingin.
"Kau rela mengorbankan adik perempuan mu yang berusia 6 tahun demi adik laki-laki mu yang belum lahir? kenapa tidak kau saja jadi sanderanya?" Tanya shin, menodongkan kukunya yang setajam pisau ke leher Nacht.
"Karena Chibaru mempunyaimu. Aku tidak mempunyai siapa-siapa untuk melawan Kyou jika dia masuk ke tubuhku. Karena itu aku ingin kau berlatih keras bersama Chibaru agar Kyou tidak mengambil kendali kalian berdua." Ucap Nacht
"Tapi bukankah terlalu kejam? dia hanya 6 tahun." Ucap Shin
"Diamlah. Calon Adikku akan meneruskan nama Kerajaan, dia akan menjadi Raja saat aku tidak ada." Ucap Nacht
"Dasar kakak tidak bertanggung jawab. Kau mau kemana?! seenaknya saja!" Ucap Shin
"Aku akan menjajah Kyushu." Ucap Nacht. Shin pun terdiam dan tidak bisa berkata-kata.
"Kerjakan bagian mu, jangan pedulikan perasaannya. Misi ini lebih penting." Nacht mengetuk jidat Chibaru yang sedang dirasuki Shin, Chibaru terjatuh dan tersadar kembali."Chibaru. Kamu begitu lemah, bukan hanya dari fisik tapi dari hati juga. Kamu akan mati dengan tragis jika terus menerus seperti ini." Nacht menendangnya kearah tembok yang telah dipenuhi oleh darahnya Chiba sebelum Chiba hidup kembali.
Kejadian ini terus menerus berulang setiap harinya. Kakaknya Chibaru tidak bisa menerima bahwa Chibaru saat itu tidak bisa melawannya, apalagi melawan seorang dewa?. Namun, Chiba akan terus berusaha untuk memenuhi permintaan kakaknya. Meskipun akan mati ribuan kali, akan dia taklukan. Demi menyelamatkan calon Raja dari Roh Dewa.
Chiba berjalan di lorong sekolah setelah latihan..
"aku dengar keluarganya terkutuk loh.. lihat saja begitu seramnya dia! padahal ya.. kakaknya charming banget, tapi kok adiknya begitu ya? apa karena dia terkutuk?" Ucap orang ke 1."iya kali ya? aku dengar di ujian kemarin,dia membuat 2 kakak kelas sekarat.. mengerikan sekali.. pantas saja dia tak punya teman..." Ucap orang ke 2.
'Semua orang menatapku dengan jijik.. aku takut. aku sendirian.' Batin Chiba berkata.
Beberapa detik kemudian, Chiba merasakan ada yang menahan pundaknya. Rambut seterang matahari.. Matanya yang biru langit.. dia adalah Arasta.
"CHIBA! KAMU ITU KEREN TAU! AYO AJARI AKU!! AKU JUGA INGIN KUAT SEPERTIMU!!" Rasta berbicara dengan terang-terangan di depan semua orang yang merendahkannya.. Chiba merasa hangat. Dia tersenyum lembut dan mengangguk. "boleh~!"Dia seseorang yang berbeda.. memberikanku cahaya di duniaku yang gelap.. ibuku adalah bintangku, begitu indah dan terang seperti matahari, namun terlalu jauh untuk digapai. Tapi Arasta adalah Matahariku. Apapun yang terjadi, aku akan melindunginya. Dan aku akan menjadi bulan baginya.
-2012Di Kamar Utama Kastil Faust, sang Ratu sedang kesulitan dengan masa kehamilannya. Usia kandungannya menginjak 2 bulan, namun rasanya seperti ada yang ingin menyusup kedalam janinnya. Rasanya begitu sakit seperti kontraksi untuk waktu yang sangat amat panjang. Namun wanita itu tetap kuat. Dia akan terus berusaha untuk melahirkan anak ketiga nya di suatu saat nanti. Sang Ayah berubah drastis semenjak kelahiran Chibaru, beliau begitu kasar dan abusif sebelumnya. Namun kali ini, beliau sangat memanjakan istrinya. bahkan rela mati mengorbankan diri untuk istri dan anak-anaknya. Rasanya seperti orang yang berbeda 180°.
"Chibaru.." Panggil sang ibu
Chiba memasuki kamarnya dengan khawatir terhadap kondisi kesehatan ibunya. "saya disini, Ibunda.""Anak perempuanku satu-satunya, Bagaimana kabarmu? apakah latihan bersama kakakmu menyenangkan?" sang Ibunda yang tidak tau bagaimana cara kakaknya melatihnya pun bertanya dengan penasaran
"iya, menyenangkan.. Ibunda tidak usah mengkhawatirkan aku, aku baik-baik saja" Chibaru senyum dengan lembut
"syukurlah.. artinya ibu bisa menitipkanmu kepada kakakmu jika sesuatu terjadi pada ibu" sang Ibunda memegang perutnya dan mengelusnya
"Ibunda, jangan berkata seperti itu. aku yakin Ibunda akan baik-baik saja.." Air mata Chiba menetes satu persatu, hatinya begitu rapuh ketika mendengar ibunya berpikir bahwa beliau akan meninggalkannya dengan takdir yang tragis. Chiba bergegas untuk memeluk ibunya sambil menangis dipelukannya. "Ibunda jangan begitu. Tanpa ibu, aku apa?.."
"Chibaru Hinata, aku yakin kamu sudah jauh lebih kuat dari yang sebelumnya. Kamu adalah anak yang paling ibu banggakan. Ibu percayakan semuanya padamu.." Ucap sang Ibu dengan lembut.
"Ibu, aku hanyalah anak yang berusia 6 tahun. Aku telah kehilangan ayah, kehilangan waktuku bermain demi membanggakan ibu dan keluarga kita. Demi membawa keluarga kita ke masa yang jaya lagi di suatu hari nanti. Dan aku ingin ibu melihat semua hasil usahaku nanti, jika tidak.. semuanya akan sia-sia. Apapun yang telah ku korbankan selama ini semua akan sirna jika ibu tidak melihat hasil kerja kerasku.. dan aku tak mau itu terjadi. Jadi tolong hiduplah untuk aku.." Ucap Chiba sambil menangis dipelukan ibunya.
Ibunya pun ikut menangis saat mendengar kata-kata itu dari anaknya.
Chibaru, aku sampai lupa kamu hanyalah seorang anak kecil..