Wait for me! : 7

1 0 0
                                    

Arasta dan Sean melanjutkan misinya sementara Aoi diajak oleh Dewi Flora untuk berkeliling kerajaan bawah air. Aoi sepertinya pernah kesitu sebelumnya dan dia terlihat sangat akrab dengan Flora di depan Arasta dan Sean.

Setelah mereka berdua berpisah, Flora mengajak Aoi ke dalam suatu Museum yang dinamakan 'Musée de la vie'. Museum tentang kehidupan, Flora adalah pengikut setia Dewi Aotsuki. Memegang erat ajarannya tentang kehidupan dan penyembuhan, Flora merupakan salah satu murid dari Aotsuki yang membela Aotsuki saat Aotsuki diancam oleh anaknya angkatnya sendiri (Ka'el).

'seperti ekspektasi' dalam batin Aoi sambil melihat sekelilingnya.

"kamu pernah kesini ya?" tanya Flora
"um.. belum.." ucap Aoi berbohong

tanpa aba-aba, Flora melempar satu bunga kepada Aoi dan mengikatnya dengan rimba.

"apa ini? jebakanmu?" tanya Aoi kepada Flora dengan menekan alisnya.
"iya, kamu berbeda dari yang lain.. ada sesuatu tentangmu yang membuatku penasaran." Flora mendekat dan mengendus rambutnya Aoi. "katakanlah, kamu siapa?" tanya Flora.

"aku adalah Aoi" ucap Aoi
"aku tau, tapi seorang manusia tidak mungkin memiliki simbol element air di lehernya kan? lalu tanganmu ini.." Flora membuka sarung tangan Aoi perlahan dan melihat tangannya berwarna hitam keunguan dari ujung jari. "hm.. pengguna sihir terlarang ya..?" ucap Flora. "Pengawal! tangkap anak ini, kita akan menyelidikinya. Anak ini punya darah keturunan dewa." ucap Flora dan membiarkan Aoi diseret jauh oleh para pengawal. Aoi tidak bisa melawan karena beberapa faktor, salah satunya adalah kekuatannya hanya bisa menyembuhkan untuk sementara waktu.

Arasta dan Sean mengerjakan misinya dengan tenang karena yang mereka tau, Aoi aman di tangan Dewi Flora. Mereka bertemu buronannya dan Arasta belajar untuk mengendalikan dirinya lebih baik lagi. Buronan itu mengambil tas seorang nenek, Arasta mengejarnya dan menangkapnya.

Ternyata diluar ekspektasi Arasta, Buronan itu adalah musuh yang lumayan kuat. Dia menonjok Arasta hingga jatuh, Arasta bangun dan melihat Sean yang bersantai melihat pertarungan antarmereka. Arasta belum punya kekuatan spesial, jadi satu-satunya cara saat itu hanyalah melawab dengan fisik. Dia menendangnya namun fisik buronan itu sangat keras seperti besi. Buronan itu mengeluarkan teknik air yang sulit untuk ditahan oleh Arasta. Tidak bisa melakukan apa-apa, Arasta mengandalkan teknik satu-satunya. Yaitu pukulan dari auranya. "HAKUUUUUUUUUUUU!" panggil Arasta kepada naga yang ada di dalam dirinya
"malas" ucap Haku
"MAKSUD?!" Arasta terhanyut ombak dan terpental ke suatu bangunan.
"berusahalah sedikit,jangan bergantung kepadaku terus." ucap Haku dalam tubuh Arasta
"APAAN? INI KAN URGENT" Arasta dilempar pisau oleh Buronan itu, dia berusaha menghindar terus menerus

"Segitu doang kemampuanmu?" ucap Sean dengan santainya
"BANTUIN DONGG" Arasta panik dan menangkap satu pisau untuk menggunakannya sebagai senjata. Arasta menangkis semua serangannya dengan kaku, tangannya terluka berdarah tapi dia diamkan. dia bertarung sebisanya dan kalah dari buronan tersebut. Sean mengambil alih pertarungan dan menang dengan mudah..
Kebiasaan buruk Arasta : manja pada kekuatan Haku

Mereka melanjutkan investigasi disekitar Kerajaan dan menemukan beberapa simbol di beberapa tempat. Sean mencetaknya di kertas memakai pulpen dan melanjutkan perjalanannya ke Istana utama lagi untuk melaporkan keadaan. Sementara Arasta mencari kemana Aoi pergi. Kemanapun Arasta mencari, Aoi tidak ada di Kerajaan bawah air. 'mungkin Aoi ada lagi sama dewi' ucap batin Arasta. Dia pun bergegas naik ke Istana utama dan bertemu dengan Sean yang dalam posisi siap bertarung. Di depan Sean berdiri para pengawal yang melindungi Dewi Flora.

"Sudah saya duga, Aoi adalah dalang dibalik semua ini" ucap dewi Flora
"Apa maksudnya? kembalikan muridku." Sean benar-benar kebingungan sampai akhirnya salah satu pengawal menyeret Aoi dan memperlihatkan tangannya Aoi yang berwarna hitam dari ujung jari sampai pergelangan tangan, menunjukan bahwa dia adalah pengguna sihir terlarang.
"Aoi akan ditahan disini sampai ada klarifikasi dari Dewi Celleste mengenai ini. Dan jika Dewi Celleste tidak datang dalam jangka waktu seminggu, maka anak ini akan ditahan sampai dia mau buka mulut tentang ini." ucap Dewi Flora dengan tegas. Hal ini membuat Sean dan Arasta bingung sekaligus kecewa dengan Aoi.
"Semua gambaran yang kau kasih mengenai simbol di beberapa dinding kerajaan bawah air merupakan simbol yang sama dengan lehernya anak ini. Meskipun jika dia bukan salah satu penyebabnya, dia pasti ada hubungannya dengan ini." ucap dewi Flora.

Sean dan Arasta tidak bisa melawan kehendak sang dewi, karena mereka juga tidak tau apa-apa tentang ini.
"turunkan senjatamu!" perintah dewi Flora.
Sean dan Arasta menurunkan senjatanya dan menuruti perintah sang dewi. Para pengawal memeriksa mereka dan mengetahui bahwa Arasta memiliki ras yang sama dengan dewa Ka'el. Dewi Flora marah dan mengusir mereka dari kastilnya sebelum menyuruh pengawalnya untuk membunuh Arasta.

Dewa dan Dewi yang berada di Raizen sangat sensitif dengan hal yang berkaitan dengan dewa Ka'el. itu karena di masa lampau, Ibu dari para dewa yang lahir dibunuh oleh Ka'el. Ibu dari para dewa juga merupakan Ibu dari Flora. Ibu dari para dewa itu bernama Verena. Sedangkan ayah dari para dewa bernama Ashura. Verena dibunuh saat hamil di perjalanan menuju ke pusat Kyushu untuk menyelamatkan anak-anaknya dari perang yang dihadapi Ashura melawan Ka'el. Melihat ibunya sendiri dibunuh oleh keturunan Ka'el di depan mata demi melihat Ashura kehilangan kemampuan bertarung, membuat Flora sangat membenci ras dan keturunan Ka'el.

Sean menggendong Arasta untuk pergi dari tempat itu sebelum mereka ditangkap oleh para pengawal untuk dijadikan santapan ikan.
"SEAN! NASIB AOI NANTI GIMANA?! KOK TEGA?!" Marah Arasta kepada Sean
"Itu kita pikirkan nanti, untuk sekarang kita harus pergi dulu." ucap Sean dengan tenang menggendong Arasta ke dalam sebuah hutan untuk perlindungan sementara.

"Aoi selama ini ada hubungannya sama kutukan di Heart kingdom ya..? ini mengejutkan.." ucap Sean setelah membuat api unggun di hutan.

"Tapi Aoi itu baik, aku kenal dia dari kecil.. dia ga mungkin berbuat jahat." ucap Arasta,menatap mata Sean.

"Kita belum tau aslinya bagaimana.." ucap Sean

"Aku percaya Aoi bukan orang jahat, dan kita harus bawa Aoi pulang sama kita." ucap Arasta

"Gimana? ini daerah kekuasaan mereka, disini ada 4 dewa. Kita ga bisa lawan mereka semua." ucap Sean

"Iya sih.. oh! aku ada ide! gimana kalo kita samperin Zenon sama Chiba di Spades buat bantu kita?" tanya Arasta

"Yaudah coba aja besok, kita tidur dulu sekarang. Udah malem." Sean berbaring di rumput disebelah Arasta.
Funfact : Sean tukang tidur, dimanapun bisa ketiduran.

'Tunggu kami Aoi! kami akan menyelamatkanmu!' ucap batin Arasta

Dandelions The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang