Sunshine : 4

4 0 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Zenon dan Arasta mencari misi baru di papan mading sekolah. Kertas yang diambil dari paku berarti resmi akan menjalankan misi itu, sedangkan Arasta tak tau.

Arasta menarik salah satu misi rank S tanpa mengetahui apa-apa.
"BODOH! JANGAN DITARIK! ITU RANK S! TERLALU JAUH!" ucap Zenon berusaha untuk menempelkan kertas itu lagi ke paku nya. Namun misi itu terlanjur tercatat resmi.

Misi : Menyelidiki kasus perpecahan antar kerajaan di pulau Raizen.

"Pulau Raizen..." Zenon terdiam.

"ASIK KAYA LIBURAN DONG? RANK S LAGI! KITA AKAN DAPAT NILAI YANG BAGUS!!" ucap Arasta dengan polosnya

"BODOH! kau tau? pulau Raizen itu pulau kematian para dewa di zaman dulu. Kita cuma anak kecil, terus kita disuruh nyelesaiin masalah yang bahkan dewa aja ga peduli!?" ucap Zenon

"iya sih, TAPI KAN SERU KAYANYA." ucap Arasta

"terserah, kita bagi, 2 tim aja per kerajaan. lu mau sama siapa?" tanya Zenon

"hm.. kita punya 2 healer, Aoi masternya healer.. tapi Chiba juga hebat banget. cuma dia lepas kendali kadang..... eeeeeeeeeem Aoi aja deh. gw takut ama Chiba" ucap Arasta

"gw bisa bertahan ga ya ama dia? keliatannya dia sifatnya penyendiri ky gw." ucap Zenon

"coba aja, gw uda kena mampusnya" Arasta berkeringat dingin saat teringat pertarungannya dengan Chiba beberapa bulan yang lalu

"susah nih kalo gini.." Aoi menghela nafas.

Keesokannya Sean datang dengan 2 kereta kuda untuk membawa mereka ke pulau Raizen di hari itu juga. Mereka naik kereta itu dan pergi ke pulau Raizen, perjalanan memakan 3 minggu.

Mereka naik dan turun kereta kuda itu setiap menemukan tempat untuk bermalam.

2 kamar yang disewa, untuk laki-laki yang berisi Sean,Arasta dan Zenon. Untuk perempuan yang berisi Chiba dan Aoi.

"BADAN GUWEH PEGEEELL" ucap Arasta sambil lompat ke kasur

"Arasta! mandi dulu!" Zenon menyeret Arasta dari kasur

"kalian istirahatlah untuk malam ini, aku akan berjaga" ucap Sean sambil tersenyum

"SIAP GURU!" ucap Arasta dan Zenon sambil bersiap-siap untuk mandi air panas di Hot Spring.

Disaat yang bersamaan, Aoi membantu Chiba menata baju untuk bermalam.

"Chiba! mulai sekarang kamu anggap aku teman ya!" ucap Aoi dengan girang

"nggak"

"KOK ENGGAK!? NANTI TEMANMU SIAPA?!"

"ga butuh"

"aku ini healer loh di tim kita! nanti kamu kalo butuh aku gimana?"

"aku juga healer" ucap chiba dengan dingin

"TERUS KALO MAU NYERANG MUSUH GIMANA? PASTI KAN BUTUH ARASTA SAMA ZENON JUGA!" ucap Aoi dengan khawatir

"aku solo mereka juga gampang" ucap Chiba

Aoi menghela nafas, mungkin memang Chiba mampu berdiri sendiri tanpa teman dan siapapun di hidupnya. Tapi Aoi tetap ingin berteman dengannya, karena keluarga mereka juga sangat dekat.
"aku boleh nanya?" tanya Aoi dengan lembut

Dandelions The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang