Labirin : 10

1 0 0
                                    

Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berambut hitam panjang menawarkan Chiba untuk mengikutinya ke arah kegelapan.

'dia siapa?' tanya Chiba dalam pikirannya

Laki-laki itu tersenyum dengan senyumnya yang semakin lama terlihat mengerikan...
"Chibaru, ayo ikut aku.. ayah pasti akan bangga" ucap pria itu.

"Chiba!" Arasta mengulurkan tangannya kepada Chibaru.

Chiba pun terbangun di kapal dengan Arasta yang mencubit cubit pipinya.
"NAH KAN BANGUN!!" Sorak Arasta dengan mukanya yang terlihat panik namun lega saat melihat Chiba terbangun.

Yang pertama Chiba lihat adalah Arasta, Arasta pun menggendong Chiba jauh dari kapal itu. Kapalnya meledak berkeping-keping dan Chiba menyadari bahwa keadaan sedang tidak aman. Membutuhkan beberapa menit untuk Chiba sadar bahwa mereka sedang berada di perang saudara antara Windergard timur dan Windergard selatan.

"Arasta.. dimana yang lain?" Tanya Chiba, berbisik kepada Arasta.

"Semuanya berpencar, Sean nyuruh aku buat jagain kamu" Ucap Arasta, berbisik kepada Chiba.

Chiba yang merasakan tubuh Arasta yang sangat dekat kepadanya pun langsung tersipu malu..

"tenang, kamu aman-" Ucapan Arasta terpotong saat ksatria dari Windergard timur datang dan membelah batu yang melindungi mereka. Gerakan ksatria itu sangat cepat hingga berhasil melukai tangan Arasta, Chiba tanpa berpikir panjang pun langsung menebas jauh si ksatria itu.

Chiba menghabiskan ksatria tersebut dengan kecepatannya yang dashyat datang entah darimana. Dia terus menghabisi ksatria itu sampai akhirnya dia sadar bahwa dia telah memakannya.

Kali ini, Chiba benar benar tidak tau siapa yang mengendalikannya.. apakah ini Shin?

'memakan manusia? monster macam apa aku?' Tanya Chiba sambil menangis, memuntahkan semua darah dan daging yang telah ada di mulutnya.

"CHIBA!!" Arasta lari dan menemukan Chiba dalam kondisi mulutnya yang sedang berlumuran darah, Arasta sangat panik dan langsung menggendongnya lagi untuk pergi dari tempat itu.

"JANGAN MATI DULU!!" Ucap Arasta sambil menangis menggendong Chiba.
'Dia.. peduli aku?' Tanya batin Chiba

'GAWAT! KALO TERJADI APA APA AMA DIA, GUA BS MAMPUS SAMA RATU NETHERFAUST.. SEMUA ORANG BAKAL BENCI SM GUA...' Ucap batin Arasta saat menangis.

Arasta lanjut berlari sambil menggendong Chiba dan sampailah mereka di zona aman. Arasta menaruh Chiba dan menyenderkannya ke pohon sementara dia membersihkan luka-luka Chiba dan mulutnya yang penuh darah.

Chiba terlihat sangat.. tenang. Bahkan, dia terus memperhatikan setiap hal yang Arasta lakukan demi menyelamatkannya.

Arasta mengobatinya dengan perlahan
"sakit?"

"sedikit.. jangan pake alkohol.. ngilu.." ucap Chiba dengan mukanya yang menunjukan bahwa dia takut. Namun, Chiba terus menatap Arasta dengan mata yang menunjukan kalo dia sedang jatuh cinta.

"ini untuk sementara aja ya, ada yang sakit lagi?" Beberapa detik setelah Arasta bertanya, ia pun menyadari ada luka goresan kecil di pipi Chiba. Dia mendekat dan mendekat untuk mengobatinya.

Muka Chiba semakin merah dan semakin merah.
"A-arasta...?"

"hm?" Arasta mulai menyentuh muka Chiba yang sehalus bulu itu dengan lembut. Dia mulai mengobatinya perlahan, Chiba tidak bisa berkata-kata.
'DEKET BGT?!!!?!?'

"Oh ya Chiba, aku punya pertanyaan" Arasta menatap matanya Chiba dengan serius.

"Apa?"

"Kita sahabat kecil bukan? Kalungmu itu kalung Ruby kan?" Tanya Arasta dengan senyuman

"e-eh..? kok.. EH?! TATA?!" Mata Chiba membulat, dia sangat terkejut.. ternyata orang yang selama ini dia cintai pernah bertemu sebelumnya saat mereka kecil.

"LOH BENER YA? HAHAHA. IYA INI AKUUU! AKU TATA!!" Arasta tertawa terbahak-bahak.

"Ternyata kamu"

"Aku inget waktu kecil kita sering main 'Selamatkan sang putri dari Naga!' HAHAHA! KANGEN YA?" Tanya Arasta dengan penuh girang

"Kamu juga suka ngajak aku bolos pelajaran" Chiba tertawa cekikikan mengingat se-nakal apa mereka saat masih berumur 2 tahun

"Iya juga yaa... tapi seru kan?"

"Iya!" Sorak gembira Arasta

Mereka tertawa dan bercanda dibawah pohon yang sejuk itu. Mereka masih anak-anak, Namun sedikit demi sedikit merasakan cinta pada satu sama lain.

Setelah mereka kembali ke Kyushu dan melakukan kegiatannya setiap hari, mereka mulai saling sapa menyapa, belajar bersama, beli makanan bareng, dan mereka menjadi 'Sahabat' meski Chiba memang memendam rasa suka kepada Arasta.

Suatu saat, Chiba berlatih sangat keras dengan guru khususnya untuk melatihnya lebih keras lagi.  Arasta dan temannya (Denki) mengintip...

"eh dia imut juga" ucap Denki

Arasta pun menyumpel mulut Denki
"gw tau, dia adek kelas gw. anak tim gw. jangan macem-macem lu" Bisik Arasta dengan muka cemberut

"loh? cewe lu kah?" tanya Denki

"bukan anjing. apaan sih"

"KOK CEMBURU?!" Ucap Denki dengan keras, Arasta pun langsung menendangnya jauh.

Saat itu, Chiba telah selesai dengan latihannya, keluar ruangan dengan penuh luka dan goresan, mukanya terlihat sangat lelah namun.... saat dia melihat Arasta..
"TATA!!" Sapa Chiba dengan ramah.

"Ahaha.. haloo Chiba! jalan?" tanya Arasta

"AYOK!" Chiba sangat tidak sabar. Tapi dia sadar.. dia berubah dari yang suram dan pendiam menjadi.. lebih.. terang..

Arasta menggandeng tangannya Chiba dan memperlihatkan jari tengah kepada Denki yang habis ia tendang.

Tampaknya.. Arasta sedikit demi sedikit mulai menyukainya..


Bahkan setelah 2 tahun mereka bersahabat.. Arasta merasa bahwa Chiba tetaplah perempuan yang harus ia jaga. Seperti.. Bunga yang lemah dan lembut.

Ah.. sayang sekali Clan mereka saling bermusuhan. Kalau saja bisa menyatu.. pasti dia embat!!



"Menyiksaku tapi sungguh candu."




anw.

End of Bab I!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dandelions The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang