In the end, we only regret
The chances we didn't take
Take a chance with me menjadi lagu yang Arion pilih untuk menemani pagi hari ini. Kakinya dengan ringan berjalan menuju ketiga temannya yang sedang duduk di bangku taman Cendrawasih. Dapat ia lihat Lintang dengan semua energinya sedang berdiri memperagakan sesuatu. Disampingnya ada Haru yang tingkahnya sama saja. Terakhir Ayyara yang menonton keduanya dengan antusias, senyum terlukis diwajahnya. Ia mempercepat langkahnya agar bisa bergabung lebih cepat.
"Iya! Terus si dosen gila itu bakal pake kacamata dihidung sambil bilang 'kenapa kamu baru datang?'" Ujar Lintang yang ternyata sedang memperagakan salah satu dosen di kampusnya.
"Dosa lo tang, ga boleh begitu ke dosen." Haru menasihati main-main. Arion tau, sebenarnya justru Haru yang membuka topik obrolan macam ini.
"Lu pernah juga dihukum ga Ya sama tu dosen gila?" Lintang mulai mengambil kursi untuk duduk disamping Ayyara.
"Gua ga pernah sih, tapi emang gua ga nyambung tiap dia ngajar. Dia pinter, tapi cuma buat dirinya sendiri. Ngobrolnya sama spidol kalau ga ya papan tulis aja, tanpa ngejelasin rantai karbon macam apa yang dia tulis." Jawab Ayyara yang mulai kembali fokus ke lembar-lembar kertas yang berceceran di hadapannya.
"Bisa ga sekali aja gua ketemu lu, lu ga lagi belajar Ay." Laki-laki berkemeja biru langit itu duduk di depan Ayyara, ia membuka sekaleng kopi latte dan menyodorkannya ke depan gadis dihadapannya.
"Makasih kak." Jawaban singkat itu diterima Arion.
"Giliran Ari aja lu panggil kak, ke gua main tang tang tang aja" Protes Lintang yang disahuti dengan tawa Haru, "abis tampang lo kaya mau nyuri kutang."
Tanpa menghiraukan candaan Haru, Ayyara merapihkan kertas-kertas diatas meja untuk ia simpan. Benar kata Arion, mungkin dia harus sedikit santai dan menikmati waktu sekali-sekali. Tangannya ia arahkan untuk mengambil permen didalam tasnya, permen manis dengan sensasi meletup-letup di mulutnya itu selalu terasa menyenangkan baginya.
"Kita mau bahas soal exhibition ga?" Kali ini Ayyara yang membuka obrolan. Ketiga temannya hanya diam dan menunggu Ayyara melanjutkan.
"Kita mulai dari tema deh, kalian ada ide?" Kini Ayyara melemparkan pandangannya pada Lintang. Laki-laki dengan nama depan Sky itu tersenyum, "Gua pengennya, ngebahas soal kepercayaan sih ya, Love, Trust and Purity.".
"Kok tiba-tiba ada love nya sih tang? Gua ga setuju, bucin banget kedengerannya." Balas Haru dengan kedua alisnya sedikit menukik kedalam.
"Ini exhibition seni kan? pake bahasanya yang artistik dikit coba, biar kedengerannya enak. Kaya lagu ratatouille, L'espoir est un plat bien trop vite consommé" Arion bernyanyi asal yang kemudian disahuti oleh Haru "À sauter les repas je suis habitué". Keduanya tertawa sebelum kembali menyimak.
"Tapi menurut gua justru bagus, cinta itu salah satu bentuk seni kan?" Ayyara memberikan pendapatnya sambil mencoret kertas bagan diskusi. "Lagian cinta juga banyak artinya, ga selalu soal romantisme dua pasangan kan?".
Ketiganya hanya mengangguk setuju. Bentuk cinta bukan cuma soal sepasang kekasih yang dimabuk asmara, tapi bisa juga dalam bentuk persahabatan atau perasaan orang tua terhadap anaknya. Cinta punya arti yang luas, sama seperti seni. Penggambaran cinta yang beragam juga selaras dengan seni yang bisa disalurkan dengan banyak cara. Jadi pernyataan Ayyara tadi masuk akal. Gadis yang selalu mengutamakan logika daripada hatinya itu membuat Haru sedikit terkesan, 'akhirnya hati karatan Ayya sedikit tergerak juga' -pikirnya.