"Pagi Kak Ayaaa!" Sapa laki-laki sepantaran Ayyara. Dengan crewneck kecoklatan dan celana putih selutut, dia berjalan dengan yakin ke arah Ayya yang sedang merapihkan isi tasnya.
"Pagi van, tumben jam segini udah di kampus. Kelas pagi?" Gadis itu membenarkan letak kacamatanya sebelum menatap Revandra -adik tingkatnya.
"Engga sih, kata Kak Haru, Kak Ayya mau ngerjain proposal buat exhibition, aku pengen ikut bantu aja. Ada yang bisa aku kerjain ga kak?" Revandra bergerak mengambil tempat duduk disamping Ayyara.
Keduanya kini tengah berada di perpustakaan Cendrawasih yang tidak terlalu ramai. Mendengar kalimat Revandra tadi membuat Ayyara tersenyum lebar. Sejak awal mereka berkenalan, laki-laki yang berbeda 3 tahun dibawahnya itu tidak berhenti memberikan aura positif di sekitar Ayyara. Entah kenapa rasanya jika ada Revan, Ayya lebih tenang.
"Kak, di exhibition nanti. Aku sama Albert mau titip beberapa karya, boleh?" tanya Revan sambil membolak-balik kertas di hadapannya. Ayyara mengangguk pelan lalu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya, "Boleh. Bentuknya apa van?"
"Punyaku patung, kalau Albert, aku belum tanya."
"Kabarin aja kalau udah pasti. Tolong kerjain bagian ini ya van, kayanya kamu lebih mumpuni dibanding aku." Ujar Ayyara sambil memberikan beberapa kertas yang penuh dengan sketsa pensil.
"Bisa kok bisa-" ada jeda di tengah kalimat yang membuat Ayya mau tidak mau menatap Revan menunggu jawaban. Revan tersenyum kecil lalu menjawab "-tapi mati."
Setelah tertawa dan saling melontarkan dua sampai tiga candaan, keduanya mulai hanyut pada materi di hadapannya. Suara kertas yang dibalik, guratan pena diatas kertas dan suara keyboard laptop terdengar bersahutan. Ayyara sibuk mengotak-atik rancangan anggaran biaya, sementara Revandra dengan senang hari membuat layout ruangan digital yang akan digunakan saat pameran. Mereka sesekali berbincang untuk berbagi pendapat.
Bagi Ayyara, Revan bukan orang yang keras kepala -terkecuali soal cinta.
"Gimana sama Naya kemarin?" Tanya Ayyara main-main.
Revan dan Naya adalah sepasang kekasih -tadinya. Ayyara sering kali mendengar kisah kasih keduanya yang tak ayal membuat Ayyara sedikit kesal. Bagaimana tidak? Revan mau-mau saja saat diajak pergi ke salah satu mall besar untuk menemani Naya bertemu laki-laki lain. Revan juga membiarkan Naya mendekati teman satu jurusannya. Tidak, bukan satu atau dua orang. Naya mendekati setidaknya 7 sampai 8 orang waktu itu dan ketika Haru mau memberitahunya ternyata Revan sudah tau.
Berkali-kali Ayyara dan Haru menasihatinya untuk segera meninggalkan perempuan -yang menurut Ayyara- begajulan itu. Namun percuma saja, agaknya Revan ini sudah tidak waras karena ia masih saja mempertahankan hubungannya dengan Naya.