"Sekian diskusi kita hari ini. Kita lanjut besok jam 4, untuk yang berhalangan boleh konfirmasi ke Revandra, terima kasih." Ujar Ayyara.
Seluruh anggota rapat menghembuskan nafasnya pelan, ketegangan yang ada di dalam ruangan langsung mencair setelah Ayyara melangkah keluar ruangan diikuti oleh Arion.
Gadis itu berkacamata itu menggosokkan kedua tangannya yang dingin, hidungnya terlalu sakit bahkan untuk menarik nafas. Suhu ruangan yang dingin ditambah kepalanya yang mendidih karena menahan kesal membuat tubuhnya tidak bisa bertahan lebih lama sebelum akhirnya mimisan. Beruntung Ayyara selalu membawa lap kacamata di dalam saku, dengan cepat ia mengusap darah yang mengalir dari hidungnya.
"Ayya, sini duduk", Arion menarik tangan Ayyara yang satunya, keduanya berjalan pelan menuju taman indoor yang tak jauh dari ruang BEM. Ia sedikit terkejut melihat wajah Ayyara yang cukup pucat, namun ia akan membahasnya lain kali, yang terpenting sekarang adalah memberinya ruang sebelum gadis itu dihabisi pertanyaan dari Haru.
Keduanya duduk diam di taman yang cukup sepi. Taman ini memang diperuntukkan untuk kegiatan organisasi, jika tidak ada acara atau rapat, bangunan di area barat Cendrawasih ini akan sepi.
"Cape juga ya kak ngerjain ginian."
"Of course. Apalagi lo ketua pelaksana, gua ngerti kok. Gua bantu ya ra? Buat case logistik, gua bakal bantu buat kontrol."
Ayyara tersenyum tipis, "thanks ya kak, I'm actually exhausted. Ditambah nilai ujian kemarin ada yang E, jadi agak susah nyesuain jadwal, aku harus ngulang."
"Kok bisa? Matkul apa?" Arion menatap Ayyara lurus. Sedikit tidak percaya karena sejauh ini nilai gadis ini tidak pernah ada yang menyentuh C. Tapi ini E?.
"Biologi. Lucunya, waktu SD nilai biologi gua paling besar dibanding bidang sains lain. I hate physics and math since I was born, I love chemist but I'm weak at it, biologi jadi satu-satunya yang ballance, gua suka dan gua bisa. Plot twist, gua ambil jurusan kimia waktu SMA dan keterima, walaupun gua tau kemungkinan gua ga mampu, tapi gua lulus. Sekarang nilai fisika dan matematika gua A+, kimia masih A. Nilai terburuk gua malah dipegang sama Biologi." Ayyara bergerak membenarkan letak kacamatanya, hal ini membuat Arion ikut membenarkan letak kacamatanya juga. Gadis itu tersenyum, tindakan tadi berarti Arion mendengarkan ceritanya. "Maaf ya kak, jadi panjang ceritanya..."
Tanpa mengidahkan permintaan maaf dari Ayya, Arion melanjutkan"At least lo lulus dengan nilai yang memuaskan. Nilai lu juga sampe sekarang ga ada tuh sejarahnya dapet C, B pun lu jarang. Justru plot twistnya itu kenapa lu banting stir ke agribisnis pertanian? kenapa ga ambil science atau ilmu murni yang notabenenya emang lu mumpuni?"
Ayyara menarik sudut bibirnya, ia tersenyum sebelum menjawab, "Ceritanya lucu sebenernya. Gua waktu itu dateng ke satu kebun hidroponik yang luasnya sekitar 1,5 hektar. Buat gua yang waktu itu kalut banget karena orang tua gua terlilit hutang, kebun itu indah. Suasananya pas banget, ga begitu panas tapi juga ga dingin. Disana gua belajar banyak, soal bibit sawi, kol, even cara cangkok dan panen labu. Proses penanaman sampai panen itu ada banyak, tinggal kitanya mau menjalankan atau engga. Sama kaya keadaan gua waktu itu, apa gua akan stress sendiri mikirin itu, atau let it flow aja toh itu ga ada urusannya sama gua. Dari situ gua pikir, punya masa tua di kebun sederhana terdengar lebih baik daripada dikejar-kejar debt. Gua ga mau jadi kaya orang tua gua, dan gua pun gamau orang tua gua harus hidup kaya gitu."
"Selain itu, ada lagi? Cerita lu tadi rasanya ga meyakinkan gua." Arion bergerak mengambil sapu tangan yang ada di sakunya, tangannya kemudian terulur untuk memberikannya kepada Ayyara.