Semburat cahaya matahari berhasil masuk melalui celah-celah jendela yang ada didalam kos yang kini hanya berisikan dua orang. Sinarnya kian menerpa semua yang ada di dalam kediaman, setelah jendela-jendela dibuka lebar oleh jian.
Menghirup nafas pelan sembari memejamkan mata, hembusan angin tepat mengenai wajah Jian yang tengah menikmati mentari dan langit cerah pagi hari ini.
Menoleh sekeliling di luar jendela, dapat terlihat rumput-rumput yang terkena cahaya matahari masih menyisakan basah menandakan akan terpaan dari sang embun. Pagi yang indah bagi yang berbahagia. Ya itulah harapan Jian untuk semua anggotanya.
Tepat saat ia berjalan dan akan kembali masuk ke kamarnya, suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Jian, membelokkan langkahnya segera menuju pintu dapat di lihat olehnya Rezvan dan Marfin yang tengah memainkan handphonenya masing-masing.
Mendengar pintu terbuka Rezvan mengangkat pandangannya sembari berucap, "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab Jian dengan diiringi masuknya Rezvan dan Marfin.
"Chandra mana, Ji?" tanya Marfin yang tidak menemukan keberadaan sang empunya nama.
"Tuh lagi di dapur bang." seru Jian sembari menunjuk arah dapur yang di angguki Marfin.
"Gue ke kamar duluan ya." lanjut Marfin melangkahkan kakinya menuju kamar. Ditanggapi Jian dan Rezvan dengan pandangan menyorot langkah Marfin yang tergesa. Ia harus cepat bersiap karena jam kuliahnya hampir tiba.
🐻🐻🐻🐻
"Kok udah pulang bang?" tanya Jian sembari melangkahkan kakinya menuju dapur melihat Chandra yang tengah memasak sarapan mereka dengan headphone yang terpasang di kedua telinganya.
Mendengar itu Rezvan menatap Jian, "Ada kuliah pagi mendadak kita Ji, tapi kayaknya kuliah Marfin lebih pagi lagi dari jadwal gue," jawabnya ikut melangkahkan kakinya menuju dispenser, menunggu air penuh setelahnya ia duduk dan langsung meminum air dengan pandangan melihat Jian yang kini berada di samping Chandra yang belum menyadari keberadaan orang lain selain dirinya.
"Chan, masak apa?" seru Jian menepuk pelan lengan Chandra.
"Astaga Ji, bisa ga sih gausah ngagetin." kata Chandra dengan mata melotot menatap Jian yang hanya memasang wajah santai.
"Lah, emang gue ngagetin lu kah?" tanya Jian dengan kondisi wajah yang mintak di tampol.
"Tampol aja Chan, ngeselin emang." ejek Rezvan dengan muka bahagianya.
Dengan segera Chandra memukul lengan Jian dengan kuat, sedangkan Jian yang belum sempat menghindar harus merasakan panas di lengannya.
"Ishhh, astagfirullah Chan, maaf bukan maksud ngagetin guenya." desisnya meringis sembari melangkahkan kaki dan duduk di samping Rezvan yang sudah tertawa terbahak.
"Makanya jangan suka ngagetin orang." ucap Rezvan sembari ikut mengelus-elus lengan yang kini tengah memerah kontras sekali dengan kulit putihnya.
"Ga tau gue kalo bakalan kaget Chandranya, bang." balas Jian dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca.
"Hayolo Chan, nangis nih Jiannya." tambah Rezvan memandang Chandra yang melihat mereka dengan jengah.
"Rasain!!" dengus Chandra, mematikan kompor, menuangkan apa yang ia masak kedalam mangkuk yang besar, setelahnya segera ia langkahkan kakinya menuju meja makan dengan wangi masakan yang semerbak.
"Nih makan, gue masak nasi goreng dicampur telur orak-arik." katanya meletakkan makanan itu kemeja, sebelum duduk ia dengan gesit mengambilkan piring untuk yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 llin' in kos
Short StorySuka senang kehidupan persahabatan dan persaudaraan di kos 7 llin'