Chapter 1

279 46 16
                                    

Warning! Cerita ini berlabel dewasa, bukan karena ada adegan mantap-mantapnya tapi  ada beberapa adegan kissnya dan hal-hal lainnya. Untuk adik-adik yang belum cukup umur bacalah cerita sesuai usia kalian ya ... 😉

Seluruh alur cerita ini murni dari pikiran saya sendiri! Mohon maaf jika terdapat kesamaan alur, tokoh, kejadian dan lainnya. Cerita ini benar-benar dari ide sendiri.

Mohon kritik dan sarannya ya! jangan lupa, dukungan juga supaya saya semangat nulisnya. Vote-vote dan komentar kalian itu salah satu suntikan semangat untuk saya.

Selamat membaca!!



Meyra melamun mengaduk kopi sambil menatap keluar jendela. Sudah cukup lama wanita itu melamun namun, ia tidak sadar. Tatapan matanya nampak kosong.

Ini hari jadi pernikahannya yang ke tujuh tahun, tapi ... Tidak ada perasaan bahagia yang dulu ia rasakan. Wedding anniversary menjadi momen penting bagi sebagian orang, begitu juga dengan Meyra. Tapi, kali ini ia merasa tidak ada yang spesial.

Tidak terasa ... Sudah 7 tahun usia pernikahan mereka, tapi sudah 16 tahun mereka bersama. 9 tahun pacaran lalu mereka memutuskan untuk menikah.

16 tahun bukanlah waktu yang singkat, sudah ada banyak hal yang mereka lalui bersama. Terkadang Meyra merasa tidak percaya hubungannya sampai sejauh ini. Mereka sudah sangat lama bersama, sudah sangat mengenal sifat dan sikap masing-masing.

Menjalani kehidupan berumah tangga memanglah tidak mudah, ada berbagai kerikil yang sudah mereka lalui dan tidak selalu merasakan bahagia. Seperti itulah hidup, hidup tidak melulu bahagia, masalah dalam kehidupan itu hal yang biasa sebab, tidak ada kehidupan yang tidak ada permasalahannya di dalamnya. Dan begitu juga dengan kehidupan rumah tangga mereka, sering kali terjadi salah paham antara mereka, tapi keesokan harinya pasti hubungan mereka membaik. Dalam menjalani pernikahan, tidak selalu hanya hal manis yang dirasa. Karena tentu ada beragam ujian rumah tangga yang datang menerpa, tapi mereka berdua sama-sama bisa menghadapi masalah rumah tangga yang menghampiri mereka. Meyra merasakannya semenjak awal menikah, meskipun begitu Meyra berusaha untuk menikmati kehidupannya yang berubah status menjadi seorang istri, karena itu pilihannya.

Satu tahun pernikahan, ia sempat stres karena tidak kunjung hamil sementara keluarga suaminya lebih tepatnya ibu mertuanya sangat menginginkan cucu darinya.

Hingga empat tahun usia pernikahan mereka, akhirnya ia hamil. Anak yang sudah lama mereka harapkan akhirnya hadir diantara mereka. Hadirnya Naya menjadi pelengkap kebahagiaan mereka. Hidup Meyra terasa lebih berwarna, ia sangat bersyukur diberikan kepercayaan menjadi seorang ibu. Dulu ia sempat putus asa, ia pikir ia tidak akan bisa menjadi seorang ibu. Dokter mengatakan ia memang sulit hamil, perasaannya sangat hancur saat mengetahuinya. Ia pernah meminta Ikram untuk memikirkannya kembali, bertahan atau melepaskannya saja, ia wanita yang didiagnosis susah hamil. Namun, Ikram memilih bertahan, ia sangat tidak mempermasalahkannya dan menerimanya apa adanya. Bahkan Ikram sempat menyarankan untuk mengadopsi anak jika ia tidak juga hamil.

Meyra bersyukur ... Mempunyai suami yang bisa memahaminya, tidak memaksanya untuk segera hamil, hanya saja ... hatinya terkadang sakit, orang-orang terdekatnya sering menyinggung tentang masalah anak.

"Mey ..." Suara itu mengembalikan kesadaran Meyra, sontak ia menatap sumber suara.

"Hmm," balasnya lalu membawa kopi itu ke meja makan.

"Aku gak sarapan, sarapan di kantin saja nanti." Ikram mengambil kopi yang ada di tangan Meyra lalu meminumnya. Setelah meminum beberapa teguk ia menaruh cangkir itu diatas meja lalu mengecup singkat kening Meyra.

Meyra mencium punggung tangan suaminya. "Hati-hati dijalan."

"Iya. Aku pergi dulu." Setelah mengatakan itu Ikram melangkah pergi meninggalkan dapur.

Cinta Yang MemudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang