Chapter 2

173 37 14
                                    

Pulang dari kantor Meyra tidak langsung pulang kerumahnya, ia mampir ke rumah orangtuanya terlebih dahulu. Mamanya ingin bertemu dengan cucu kesayangan karena tidak bertemu seharian, biasanya Naya ia titipkan bersama mamanya, tapi hari ini Naya ikut bersamanya. Meyra tidak menitipkan Naya dengan pengasuh atau art di rumah karena mamanya melarang. Mamanya hanya ingin Naya dititipkan bersamanya, tidak dengan orang lain.

Sampai di rumah orang tuanya, Naya yang baru saja diturunkan dari mobil langsung berlari masuk ke dalam.

Meyra menggeleng-gelengkan kepalanya, ia mengambil barang belanjaannya lalu menutup pintu mobilnya.

"Kakak! Minta duit!" Seorang gadis remaja langsung datang menghampirinya.

"Astaghfirullah ..." Meyra menepuk keningnya. "Baru datang sudah minta uang, Key ... Key ..."

Gadis itu menyengir, ia mengambil barang-barang yang ada ditangan kakaknya, membantu membawanya.

"Kalian cuma berdua? Ikram gak ikut?" tanya Yuna.

"Hmmm, berdua aja kok. Dari kantor langsung kesini," jawab Meyra lalu duduk di sofa.

"Kak uang ..."

"Mau beli apa sih? Mama gak ngasih?" Meyra mengambil dompetnya.

"Dikasih lah! Dia aja yang mau morotin uang kamu," sahut Yuna.

"Mama ngasihnya dikit!" ucap Keyra mengerucutkan bibirnya.

"Syukur loh Dek mama ngasih." Yuna menggeleng-gelengkan kepalanya menatap si bungsu.

"Nah." Meyra memberikan uang seratus ribu.

Keyra langsung mengambilnya, lalu mencium pipi kakaknya. "Makasih Akak!" Setelah mendapatkan uang, gadis itu berlari menuju kamarnya.

Keyra memang sangat suka minta uang dengan kakaknya, ia anak keempat alias si bungsu, usianya baru dua puluh dua tahun.

"Ntyna mana, Nek?" tanya Naya mendongak menatap neneknya.

"Di kamar."

"Nay mau ke kamal Ntyna!" Naya turun dari pangkuan Yuna lalu berlari menuju kamar tantenya.

"Nay jangan nakal ya!" ucap Meyra sedikit berteriak. Ia duduk di sofa sambil menyenderkan tubuhnya di senderan sofa.

"Capek?" Yuna menatap wajah lelah putrinya.

"Capek, Ma ..."

"Kalau gak kuat lagi ngurus perusahaan, paksa adik-adik kamu turun tangan."

"Mana mau mereka." Meyra menghela napasnya lalu memejamkan mata.

Meyra anak sulung, ia tidak mempunyai adik laki-laki, ketiga adiknya semuanya perempuan. Karena ia anak sulung tanggung jawabnya lebih besar, adik-adiknya tidak ada yang ingin mengambil alih perusahaan. Jadi, mau tidak mau suka tidak suka, Meyra yang mengambil alih dan bertanggung jawab.

"Kamu sih gak ngizinin mama bantu."

"Mama sudah tua, lebih baik stay di rumah saja. Yang namanya kerja memang capek Ma ... tapi aku menikmatinya kok. It's okay, Mom ..." Meyra membuka matanya tersenyum tipis menatap mamanya.

"Naya! Jangan lari!" Seorang wanita yang hanya mengenakan tank top dan hotspans mengejar Naya.

"Hahaha ..." Naya tertawa, berlari sambil membawa benda berbentuk seperti kacamata berwarna merah. "Kacamata Ntyna besal."

Meyra tidak bisa menahan tawanya saat melihat apa yang dibawa putrinya, begitu juga dengan Yuna, ia tertawa, merasa sangat terhibur dengan tingkah cucunya yang membuat anaknya kesal.

Cinta Yang MemudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang