Mood Meyra pagi ini sangat buruk, suasana hatinya sedang tidak baik. Ternyata di perusahaannya ada penghianat. Desain tas baru yang akan launching bulan depan dicuri lalu dijual pada perusahaan lain. Dan sekarang tas itu sudah dipasarkan, hal itu yang membuat Meyra tahu bahwa tas yang akan dirilis oleh perusahaannya ternyata dicuri.
Meyra berusaha menenangkan dirinya sendiri, ia ingin marah-marah melampiaskan emosinya, tapi ia tahan. Ia cukup excited dengan tas baru yang akan ia keluarkan, tanpa disangka pihak lain yang malah terlebih dahulu merilis tas itu.
"Mi-minum dulu, Bu," ucap Anin sedikit takut meletakan secangkir cokelat dingin di atas meja.
Saat bosnya itu menoleh menatapnya dengan ekspresi wajah yang datar, Anin semakin ketakutan. Ia sudah lama menjadi asisten Meyra dan sangat tahu bagaimana marahnya bosnya, itu sangat menakutkan.
"Semua jadwal pertemuan hari ini cancel saja."
"I-iya, Bu ... baik!" Setelah mengatakan itu Anin pamit keluar.
Anin menghela napas lega sambil bersandar di depan pintu.
Meyra itu tipe wanita yang kalem, pendiam dan sedikit dingin, namun ia memiliki sisi yang hangat dan juga perhatian, tapi jika ia marah ... Itu sangat menakutkan.
"Kenapa, Nin?" tanya Gina lalu tertawa melihat ekspresi wajah Anin.
"Kinipi ... Kinipi ... tega lo jadiin gue tumbal," cibir Anin.
"Hahaha ... Gue gak jadiin lo tumbal ya! Kan lo kalah, jadi lo dong yang harus nganter minuman."
"Ekspresi Bu Mey datar banget! Serem!" Anin duduk di kursinya.
"Terus apa kata Bu bos?"
"Meeting hari ini dibatalkan aja."
"Duh, padahal hari ini ada pertemuan sama Pak Rafi lagi."
"Ibu sudah bilang gitu mau gimana lagi?"
"Ibu ada di dalam gak?" tanya seorang wanita sambil membawa map.
"Ada. Kalau berani masuk masuk aja, kami gak ngelarang," ucap Gina sembari terkekeh.
"Aku lupa." Wanita itu menepuk dahinya. "Mana berani!"
"Ahaha ... Gue baru dari ruangan ibu. Mood ibu lagi buruk banget. Sebaiknya kita gak usah ganggu," ucap Anin.
"Huh ... Beruntung banget bu Mey gak laporin ke pihak berwajib. Bu Mey lagi berbaik hati."
Meyra sedang tidak ingin berurusan dengan pihak hukum, ia langsung memecat karyawan itu.
"Iya, mungkin karena istrinya baru melahirkan alasan ibu gak ngapa-ngapain dia," sahut Gina.
"Kasus ini gak separah kasus tahun kemarin."
"Bawa kabur uang milyaran mana bisa dibiarin," balas Anin.
"Kurang baik apa sih Bu Mey? Bisa-bisanya ya mereka kepikiran berbuat buruk."
"Namanya juga manusia, Din ..."
Ketiga wanita itu terus mengobrol dan bergosip.
Meyra berdiri di balkon sambil menghisap rokoknya menatap pemandangan dibawah dari atas.
Kepulan asap keluar dari mulut dan hidung Meyra. Dulunya, ia pernah kecandaun rokok, namun semenjak menikah Meyra sudah bisa mengontrol dirinya untuk tidak merokok walaupun sulit. Ia juga pernah berhenti merokok 6 tahun. Dan akhir-akhir ini ia mulai kembali merokok tapi ia akan membatasinya dan berusaha agar tidak kecanduan seperti dahulu. Merokok pun ada tempatnya, ia tidak pernah merokok di depan suaminya, keluarga suaminya dan anaknya. Tentu saja ia harus berhati-hati, ia tidak ingin putrinya mengikuti jejaknya yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Memudar
Teen FictionKata orang, sangat membahagiakan menikah dengan orang yang dicintai. Namun, bagaimana jika cinta itu memudar setelah menikah? Itulah yang Meyra rasakan. Sembilan tahun pacaran, lalu menikah. Tapi perasaan itu tiba-tiba memudar seiring berjalannya wa...