Semua karyaku tersedia dalam bentuk ebook, pdf, playbook dan juga tersedia di karyakarsa. Mampir ya, jangan lupa dukungannya. Akun karyakarsa-ku AokiRei sama dengan nama akun wattpadku. Yang mau pdf bisa kontak di no 081917797353
Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Happy reading.
❤❤❤❤
Justin menghela nafas panjang ketika tatapannya terjatuh pada kertas lecek yang berada di atas mejanya. Kertas berisi alamat Regina yang masih saja disimpannya meskipun ia tidak ingin bertemu wanita itu.
Seharusnya ia membuang kertas itu sejak pertama kali Andrea memberinya tapi Justin tidak kunjung melakukannya meskipun ia sangat tidak menyukai ide sang mama.
Aneh memang tapi mau bagaimana lagi, ada keraguan yang dirasakannya setiap kali akan membuang kertas itu. Mungkin karena ia takut membuat sang mama kecewa. atau mungkin karena suatu saat nanti –mau tidak mau– ia memang harus mendatangi kediaman wanita itu. Sepertinya itu alasan yang cukup masuk akal mengingat apa yang dilakukannya selama ini.
Dengan malas Justin meraih kertas tersebut dan membaca alamat yang tertera di sana. Terlalu sering melihat alamat tersebut membuat Justin menghafal alamat itu di luar kepala tapi sampai detik ini ia belum pernah mendatangi alamat tersebut meskipun ada rasa penasaran yang dirasakannya terutama setelah melihat lukisan sang mama tempo hari.
Regina dalam lukisan tersebut terlihat sangat cantik. Tapi bukan itu yang membuat Justin penasaran karena baginya Emily jauh lebih cantik dari Regina. Ia lebih penasaran dengan alasan apa yang membuat sang mama berniat menjadikan Regina calon istrinya.
Selama ini sang mama memang kerap menunjukkan penolakan terhadap hubungannya dengan Emily tapi tidak pernah sekalipun sang mama menyodorkan sebuah nama padanya tapi berbeda dengan beberapa hari yang lalu. Nama Regina muncul dan Justin yakin jika mamanya memiliki alasan kuat untuk menjadikan Regina calon istrinya.
Justin lagi-lagi menghela nafas panjang ketika menyadari hal itu. Selama ini mamanya tidak pernah bertindak sembarangan. Selalu ada alasan yang mendasari setiap keputusannya termasuk dengan penolakannya terhadap Emily serta keputusannya menjadikan Regina satu-satunya kandidat calon istrinya.
"Sayangnya Emily tidaklah sebaik yang kau pikirkan selama ini."
"Buka matamu dan selidiki semuanya sendiri, bukankah Mama sudah sering mengatakannya padamu? Kenapa kau tidak pernah mau melakukannya? Apa kau takut kecewa jika menemukan fakta yang tidak kau harapkan tentang Emily."
Justin mengusap wajahnya dengan lelah. Sejujurnya ia memang takut kecewa jika kenyataannya Emily tidaklah sesuai dengan apa yang dipikirkan selama ini. Ia terlalu mencintai Emily hingga membuatnya buta pada segala hal terkait Emily.
Salah memang tapi mau bagaimana lagi, cinta benar-benar membuatnya bodoh dan lemah hingga membuatnya enggan membuka mata untuk melihat apa yang mungkin saja terjadi di belakangnya selama ini.
Cinta tidak boleh membuatnya lemah. Apa yang mamanya katakan benar. Terluka sebelum semuanya terlalu jauh, jauh lebih baik daripada kau terus menutup mata atas apa yang mungkin saja terjadi.
Lebih baik mengetahui kebenarannya sekarang meskipun menyakitkan sebelum ia melangkah terlalu jauh dan membuat luka yang jauh lebih besar dari saat ini.
Justin sudah memutuskan. Ia memang harus bertindak jika tidak ingin menyesali apa pun di kemudian hari.
Justin menarik tali lonceng di dekat meja ruang kerjanya meminta Hans datang untuk menemuinya.