Chapter 3 | Daffodil |

333 44 5
                                    


"Hal terburuknya adalah kamu tidak akan pernah tahu bahwa aku mencintaimu"


Apakah kamu tidak mau memaafkanku? apa kita tidak akan berteman lagi?" Zhiguang mendudukan dirinya di lantai depan pintu ruah Junjie, kaki nya seperti lemas tak berasa hanya untuk menopang badannya saja ia tidak mampu.

tidak ada pergerakaan apapun setelah teriakannya bergema beberapa kali, Junjie tidak membukakan pintunya kembali. Dirinya hanya bisa pasrah, sambil menyeret kakinya untuk meninggalkan rumah Junjie.

Junjie sebenarnya masih dibalik pintu, mendengarkan teriakan memohon Zhiguang, dirinya hampir tidak bisa menahan diri untuk membuka kembali pintu dan melihat orang yang dia sukai, ia hanya tidak ingin perasaannya bertambah, akan rumit jadinya jika dia menuruti untuk menyatakan apa yang dia rasakan terhadap lelaki itu.

Suara motor yang dinyalakan semakin menjauh dari pendengarannya. Tanda bahawa Zhiguang benar-benar sudah pergi.

"ge, sebenarnya dia siapa?"

Huang Ruo Gu, didinya berjalan turun dari tangga menuju kebawah, tepat dihadapan Junjie. Junjie hanya melirik sekilas dan berlalu pergi begitu saja tidak berniat menanggapi pertanyaan didinya itu.

Ia melompat ke tempat tidur kamarnya, berguling-guling diatas nya, kekanan dan kekiri. Kakinya dihentakan beberapa kali hingga tanpa sengaja membuat selimut putih nya terjatuh ke lantai.

"ARGHHH, BODOH SEKALI"

Teriakannya memenuhi kamar itu. Dirasa hatinya cukup tenang ia berbaring terngkurap diatas kasur, wajahnya ditenggelamkan diatas bantal dan mencoba meraba-raba sekitarnya, mencari letak telepon genggam miliknya. Setelah ditemukan dia membalik badan dan mencoba menelfon seseorang. pada saat nada dering ketiga baru orang diseberang sana bersuara

"Tumben sekali kau menghubungiku? sudah ingat dengan temanmu yang satu ini? suara khas seorang pria menyapa indra pendengarannya.

"Aku tidak pernah melupakanmu, Zheng Chun Jing" balas junjie sambil menekankan nama pria yang berada di seberang telepon.

"Baiklah-baiklah, ada apa menelpon ku?"

"Kau masih bekerja di club bukan? aku akan kesana menemanimu"

"APA KAU GILA? TIDAK AKAN KUBIARKAN KAU KESINI. APA KAU LUPA BAHWA KAU TIDAK BISA BERHUBUNGAN DENGAN ALKOHOL" Zheng Chun Jing berteriak hingga membuat telinga junjie terasa berdengung

"Bisakah bersikap biasa saja, aku hanya akan minum beberapa teguk. Dijamin tidak akan mabuk dan merepotkanmu"

"Apakah ada masalah dengan dirimu?"

"Tidak ada hanya ingin minum"

"Ingatlah kau tidak bisa berbohong kepadaku"

"Ya aku tau itu, aku akan menceritakannya padamu saat sudah sampai club. sampai jumpa"

"ehh"

sambungan telepon tertutup sepihak oleh junjie dia tidak ingin mendengar ocehan sahabatnya lagi.

----

Jarum jam menujukan angka delapan lebih empat puluh lima menit, suasana diluar sudah gelap gulita. junjie keluar dari dalam sebuah taksi, ia melangkahkan kaki menuju sebuah club yang sangat ramai yang dihuni oleh berbagai macam manusia di dalamnya. saat sampai dipintu masuk seorang penjaga meminta dirinya untuk menunjukan kartu identitas, pemeriksaan berjalan lancar dan penjaga membiarkan ia masuk, langkahnya pergi menuju ke salah satu sofa yang tersedia di dalam club. Matanya meneliti keseliling ruangan, tempat ini termasuk salah satu club terdekat dari kampus tempat ia belajar, jadi junjie mengenal sebagian orang yang ada di club ini. Sahabatnya berdiri dibelakang meja bartender, sibuk menyiapkan pesanan belum menyadari kehadiran junjie. junjie menatap sahabatnya itu, sedetik kemudian dia berdiri dan melangkah mendekat.

Calendar ~ GuangJie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang