Prolog

144 18 3
                                    

          "Kak, Kak Gista!!" Tidak, tidak mungkin. Saat itu juga tanganku bergetar, napasku tercekat. Sesuatu keluar dari mulut Kak Gista yang ambruk dari kursinya. Aku menggigil dan mencoba menggoncang tubuhnya. "Kak!!"

          Air mataku mulai menggenang dan perlahan jatuh. Suara riuh mulai terdengar dari samping kanan-kiriku. Kakiku yang sudah bersimpuh di sebelah Kak Gista tergerak, ketika aroma menyengat tiba-tiba menguar. Aku terbatuk dan seseorang menarikku untuk bangkit.

          "Di kafe Manggala, Jalan Sriwijaya! Iya, Pak! Iya!" Suaranya mengalun dengan gemetar, dialah yang menarik dan kini mendekap tubuhku. Aku mendongak, wajahnya begitu tegang dengan bolamata berkaca-kaca. Ponsel yang tadi menempel di telinganya sudah menghilang, kini berusaha fokus menghalau orang-orang yang mulai berkerumun. "Semuanya tolong, minggir!!"

          Aku terhenyak. Dia Noah dan Kak Gista adalah orang terdekatnya. Apakah aku benar-benar telah dikutuk? Semua ini salahku? Noah, maafkan aku.

HideawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang