Surat yang sebelumnya diberikan Noah menjadi sumber dari senyum merekah di wajah Yura. Tidak menyangka isi suratnya begitu menyegarkan dan berhasil membuat teman-teman barunya tertawa terbahak.
"Serius nih Noah bikin surat begituan?" Erik yang sudah menggendong tasnya akan pulang harus mampir sejenak ke bangku Yura. Dia menirukan isi surat tersebut. "Dengan hormat Yura Angelina murid dari Pak Putut, Saya Noah ingin meminang kamu menjadi sekretaris Saya."
"Orang gila!" Amelia mendengus, buku-bukunya dia masukan secara asal ke dalam tas. "Noah gila!"
"Eh, tapi lucu tau, ada gambar spiderman-nya!" Tika yang juga ikut nimbrung menimpali. "Lo terima nggak, Ra?"
"Em, menurut kalian gimana? Gue nggak pernah ikut organisasi sebelumnya, tiba-tiba jadi sekretaris aja."
"Terima aja, lumayan nambah pengalaman 'kan?" Tika terdengar berbisik. "Siapa tahu dapet koneksi juga."
"Koneksi? Maksudnya?" Yura menoleh pada Tika yang tiba-tiba membuang muka ke arah lain. "Ih, Tika?"
Tatapan Amelia mengerling pada Tika dan berdeham. Dia berdiri dan mulai melangkah ke pintu kelas "Gue mau pulang, kalian masih mau di sini?"
"Eh, gue nebeng lo deh!" Tika tersenyum pada Yura sekilas dan merangkul tangan Amelia. Masih sempat dia menoleh pada Yura sebelum tenggelam di balik pintu. "Tanya Erik!!"
Mereka meningglkan Yura dan Erik di dalam kelas. Yura menatap laki-laki tersebut yang terlihat kikuk. "Maksud Tika apa Erik?"
"Aduh, agak sulit situasi ini, ngobrolnya di busway aja, ya, Say?" Erik menarik tangan Yura, berbeda dengan Amelia dan Tika, mereka berjalan menuju halte di depan sekolah.
Yura memperhatikan Erik yang jalan melenggak-lenggok sambil sesekali menggoda siswa laki-laki yang lewat di samping mereka. Yura sekali lagi memperhatikan sekolah barunya, tanpa sengaja kembali bersitatap dengan mata teduh milik Noah di gedung seberang, tampak berdiri sendiri memasukan kedua tangan ke dalam saku samping celana. Yura tersenyum kecil saat Noah memberi lengkungan manis berhias lesung pipinya.
Hal tersebut segera mengingatkan Yura pada surat Noah yang lucu, tentu saja surat tersebut bukan resmi milik organisasi, hanya ide Noah yang terlalu kreatif untuk meminta Yura menjadi sekretaris OSIS. Yura tidak tahu apa dia harus menerimanya, tapi Tika membuka sebuah pintu yang membuatnya tertarik, kira-kira apa maksudnya?
"Lihat cowok yang di depan ganteng banget Yuraaaaa, OMG!" Erik menahan teriakannya saat berhasil duduk di dalam busway bersama Yura.
"Yang mana?" Yura menimpali.
"Ituu mirip oppa Korea!"
"Ih, mana ada Erik! Biasa aja ah!"
"Dih, selera lu jelek amat!!" Erik mendengus dan busway pun mulai melaju.
"Sekarang coba ceritain apa maksud Tika tadi?" Yura mulai menyebut nama Tika, dia benar-benar penasaran.
"Aduh, kenapa pake inget sih lu, Yura!" Erik terlihat seperti menautkan rambut di balik telinganya, walaupun rambutnya pendek. Dia memperhatikan sekitar. "Omongan Tika jangan terlalu dipikirin, ya walaupun, Noah itu anak gubernur sih." Erik menutup mulutnya sambil terkikik.
"Gubernur?" Yura tampak terkejut. Ingatannya muncul akan pertanyaan Noah di depan ruang guru. Yura bukan tidak ingat Noah, dia hanya tidak yakin sosok yang pernah dia temui sebelumnya adalah Noah. Dia menelan salivanya. "Koneksi itu maksudnya gimana?"
Erik kembali berucap, kali ini lebih pelan. "Ada gosip beredar, anak OSIS yang mau dilantik nanti orangtuanya deket sama gubernur."
"Kenapa gitu?" Yura masih tidak mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hideaway
JugendliteraturYura murid pindahan di SMA Tanuharja. Kabar baiknya Yura mendapat tawaran menjadi sekretaris OSIS, posisi yang sangat bagus untuk mendapat nilai tambahan. Kabar buruknya, Yura telah dikutuk. Orang-orang yang dekat dengannya perlahan mendapat musibah...