1

64 11 2
                                    

          Delapan bulan sebelumnya.

          "Yura Angelina?" Seorang gadis berambut sebahu, tengah bersedekap dada mengamati nametag gadis lain dengan seragam sekolah berbeda di hadapannya, mulutnya terlihat sibuk mengunyah permen karet, tampak ketus. "Lo telat tiga menit!"

          Yura menarik pelan tali tas gendongnya dan tersenyum kecil pada sosok yang bersedekap dada. "Gue baru pindah."

          "Terus?"

          Tatapan Yura mengerling ke sekitar, ada lima belas orang lainnya yang bernasib sama seperti dirinya. Lebih tepatnya, pagi ini halaman SMA Tanuharja kembali dipenuhi murid-murid yang terlambat datang. Yura menyadari orang di depannya mungkin berasal dari OSIS, mereka menggunakan rompi yang membalut seragam asli SMA Tanuharja. Tentang OSIS, semua siswa pasti tahu bagaimana besarnya pengaruh organisasi tersebut di setiap sekolah, mereka seperti tangan kanan para guru yang terkadang cukup menyebalkan.

          Yura menatap arloji di tangannya dan menggeleng. Situasi seperti ini bukan hal baru lagi bagi Yura, ada satu cara ampuh agar dia bisa lolos dari sini.

          "Sebenernya Pak Putut minta gue ketemu dia jam delapan, tapi ini baru jam setengah delapan, jadi secara teknis gue nggak telat," ucapnya kemudian.

           Gadis di hadapan Yura terlihat berhenti mengunyah permen karet, tampaknya sedang mempertimbangkan sesuatu. "Pak Putut wali kelas lo?"

          "Iya."

          Sedangkan di sisi lain, murid laki-laki dengan warna rompi yang sama memperhatikan dari kejauhan. Tatapannya semakin lekat, tatkala wajah Yura tergambar jelas di penglihatannya, bahkan saat temannya memanggil pun tidak dia gubris. Cukup lama dalam posisi tersebut, akhirnya dia mendekat, penuh penasaran.

          Si gadis permen karet menoleh ketika bahunya ditepuk dan langsung mendengus saat tahu siapa yang mengganggunya. Sosok murid laki-laki berpostur tinggi, memiliki senyum ramah, bonus lesung pipi yang begitu manis. Siapa pun tidak mampu berpaling dari senyuman murid laki-laki tersebut, kecuali dirinya.

          "Biar gue yang urus, Mel!" Laki-laki tersebut kembali menatap Yura, dan segera tersadar saat Amelia---si gadis permen karet--- menatap tajam tangannya yang masih bertengger santai di bahu. "Ibu ketua MPK makin galak, ya?"

          "Rese lo, Noah!" Amelia mengerling pada Yura yang diam-diam memperhatikan laki-laki di sampingnya. Kedua bolamatanya pun berputar malas. "Lo anter dia ke Pak Putut, jangan sampai lecet atau pelantikan lo gue recokin!"

          Noah hanya tertawa menjawab ancaman dari Amelia.

          Sedangkan Yura mengerutkan dahi setelah mendengar penuturan dua orang di hadapannya. Perempuan yang Yura kira anggota OSIS, ternyata malah ketua MPK. Organisasi tersebut bisa dibilang setara dengan OSIS, mereka bergerak secara legislatif dan selalu menjadi pihak oposisi OSIS. Bukan hanya itu saja, Yura pikir Amelia tipe orang yang sadis, makanya dia cukup terenyuh mendengarnya. Apa karena Yura menyebut nama Pak Putut? Padahal Yura hanya berbohong soal waktu, hal yang pernah dia lakukan saat menjadi siswa pindahan sebelumnya.

          "Nama lo bagus," ucap Noah kemudian di sela kakinya melangkah bersama Yura.

          Sebelumnya mereka telah memasuki salah satu lorong yang berujung ke ruang guru di mana Pak Putut berada.

          "Eh, sorry! Gue lagi kurang fokus, hehe!" Yura tersenyum canggung, bisa-bisanya dia melalang-buwana saat raganya sedang bersebelahan dengan sosok yang menurutnya cukup menawan.

HideawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang