2

25 8 0
                                    

          Hari pertama Yura di SMA Tanuharja cukup menyenangkan, murid-muridnya terlihat ramah dan langsung mengerubungi Yura saat bel istirahat berbunyi. Tentu saja, Yura yang senang berteman dengan siapapun sangat mudah untuk mengimbangi obrolan mereka, bahkan sudah saling bertukar akun sosial media.

        Berbeda dengan Yura, Amelia yang duduk di sebelah hanya menimpali, jika mereka berbicara mengenai hal yang menurutnya penting saja, seperti kegiatan yang berhubungan dengan ekskul, atau tentang make-up, Amelia sangat suka berdandan.

           "Liptint yang ini bagus kalau diombre sama lipcream merk yang ini!" Amelia menunjukan gambar produk kecantikan dari ponselnya dan langsung diangguki yang lain, tak terkecuali Yura, terlihat seperti anak bawang yang ikut-ikut saja.

          "Eh, Yura lo pake merk apa?" Salah satu teman barunya, Sinta menatap penuh penasaran pada bibir Yura.

          "Iya, ih bagus itu warnanya!" Seorang murid laki-laki yang juga berkerumun dan cukup gemulai bernama Erik, ikut menimpali. "Cucok meong!"

           Amelia pun ikut melihat bibir Yura dan tampak mengerutkan dahi. "Kayaknya asli deh, guys!"

          "Hah? Yang bener lu!" Erik tidak terima. "Sial!"

          "Hehe." Yura hanya tertawa malu-malu.

           Melihat respon Yura seketika Erik terduduk lemas dengan anggun, benar-benar iri pada Yura yang cantik alami. Teman-teman lain tertawa melihat tingkah Erik yang selalu berlebihan dalam merespon sesuatu. Hingga, tawa mereka reda saat muncul murid laki-laki tinggi, berkulit terang, berkacamata, berdiri di hadapan semuanya.

          Tatapan mendamba muncul dari mata Erik. Dia bangkit dan segera meraih murid laki-laki tersebut. "Pacarku, Heksa Adi Pratama!!" Sayangnya, murid laki-laki bernama Heksa tersebut segera menghindar, Erik berakhir hanya merangkul angin. "Ih, Kakanda jahat!!"

          Melihat hal tersebut Yura tersenyum geli, diikuti yang lain.

          Heksa tidak mempedulikan keberadaan Erik dan memilih melangkah semakin dekat dengan meja Yura. Dia menatap lurus kedua bolamata Yura yang mulai kebingungan. Apakah ada suatu hal yang akan terjadi pada dirinya? Informasi dari Amelia, ketua kelas 11 MIPA 3 adalah Heksa, sosok yang pendiam dan hanya berbicara jika diperlukan saja.

          "Bisa minta nomor lo?" suara Heksa mengalun, ponsel hitam miliknya segera terulur di hadapan Yura.

          Tindakan Heksa yang meminta nomor Yura sangat-sangat langka. Tidak biasanya Heksa mendatangi teman satu kelasnya untuk suatu hal, dia hanya akan berdiri di depan kelas dan memanggil satu-per-satu murid kelas 11 MIPA 3, seperti yang dilakukan para guru saat membagikan nilai ulangan.

"What the--." Erik yang juga melihat hal tersebut kembali tidak terima.

          "Maksudnya?" Yura tampak ragu, dia melirik Amelia yang seakan-akan tidak peduli.

          "Mau gue masukin lo ke grup kelas," ucap Heksa dengan wajah datarnya.

          "Oooooohhhhh!!!" Semuanya kompak ber-oh ria.

          Amelia menahan tawa, sambil menyenggol bahu Yura agar segera memberikan apa yang Heksa minta. Tanpa menunggu lama ponsel Heksa telah kembali dengan nomor Yura tertera di sana. Laki-laki tersebut melenggang begitu saja, pergi keluar kelas, tanpa meninggalkan satu kata pun. Erik yang sadar akan kepergian Heksa pun segera mengekori laki-laki berkacamata tersebut.

          "Yang kayak gitu mau jadi wakil ketua OSIS?" Amelia menatap pintu kelas sambil bersangga dagu. "Gimana cara dia ngatur organisasi?"

          "Eh?" Yura menoleh. "Wakil ketua OSIS?"

HideawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang