Part 4

489 61 12
                                    

Jisoo sedang mengeluarkan makanan dari kantong kresek, yang di beli sebelum menjemput Jennie di kantornya tadi. Sedangkan si pemilik apartemen sedang membersihkan diri di kamarnya.

"Kamu gak mandi?" Tanya Jennie yang baru aja keluar dari kamar.

"Ntar aja. Aku lapar banget" Ucap Jisoo tersenyum, melihat Jennie yang udah gak kek tadi.

Setidaknya pacar seksinya itu gak nyuekin dia lagi. Ngomongnya gak ketus kek di mobil.

Lalu mereka mulai menyantap makanan yang ada di meja makan, yang ditata rapi oleh Jisoo. Selama makan memang gak ada obrolan. Jennie fokus dengan makanannya dan Jisoo yang masih dengan senyum-senyumnya.

Setelah makan Jisoo duduk di sofa depan TV, lagi nungguin Jennie buatin kopi buat mereka berdua.

"Makasi" Ucap Jisoo menerima segelas kopi panas buatan pacarnya.

Jennie yang juga memegang secangkir kopi duduk di sebelah Jisoo. Menyeruput sedikit kopi yang masih panas itu. Sedangkan cowok yang masih berpakaian kerjanya, cuma liatin pacarnya itu meringis, bibir seksi cewek itu menipis karena sentuhan kopi panas.

"Makin hari, makin lucu aja kamu, yank" Ucap Jisoo tersenyum.

Jennie cuma menoleh sekilas, lalu liatin layar depan TV yang menampilkan berita terkini.

"Aku kangen kamu, Jennie"

Kembali Jennie menoleh, mendengar suara berat Jisoo. Mereka sejenak saling menatap satu sama lain.

Kemudian Jisoo mengambil cangkir yang Jennie pegang, meletakkannya di meja depan. Lalu meraih kedua tangan pacarnya itu buat digenggam.

"Kamu tau..." Ucap Jisoo menatap lekat kedua mata Jennie. "Berminggu-minggu aku ditugaskan keluar kota, bahkan hampir 2 bulan, itu sangat berat bagiku. Tapi mendengar suaramu, mengetahui keadaanmu setiap hari, dan yakin bahwa setelah tugas itu selesai, ada seseorang yang menungguku pulang. Semua itu yang membuatku kuat, Jennie." Meremas lembut tangan cewek di depannya. "3 hari ini rasanya lebih berat dari berminggu-minggu gak ketemu kamu, gak dengar suaramu, gak tau keadaanmu..."

"Maaf..." Lirih Jennie

"Nggak, aku yang harusnya minta maaf... Aku tau, waktu kita berdua belakangan ini berkurang. Aku juga tau, kamu kesal akan hal itu. Tapi, percayalah Jennie... Semua yang ku lakukan itu buat kamu, buat kita, buat masa depan kita." Jisoo kembali meremas lembut tangan pacarnya itu dan Jennie mengangguk, menatap sendu cowok di depannya. "Aku mohon sama kamu, buat sabar sebentar. Mungkin setahun atau 2 tahun lagi, aku bakal naik jabatan dan pastinya gak sering ditugaskan ke lapangan lagi. Jika waktunya itu tiba, aku janji akan membawa hubungan kita ke tingkat yang lebih serius. Menemui keluargamu, meminta izin mereka secara resmi, menjadikanmu satu-satunya di hidupku, Jennie..."

Mendengar itu, air mata Jennie meluncur dengan mulus di kedua pipinya. Tangan Jisoo terangkat untuk menghapusnya.

"Maaf sikapku yang kekanakan kemarin..." Ucap Jennie.

Jisoo menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda tidak setuju. Baginya Jennie wajar bersikap seperti itu. Sebagai pria dewasa, dia mengerti atas semua sikap dari pacarnya kemarin lalu. Walau sempat kecewa, Jennie bersikap seperti juga karena dia.

"Maaf aku yang banyak nuntut..." Lanjut Jennie. "Maaf aku jadi beban pikiran kamu..."

"Ssstttt..." Potong Jisoo. "Kamu jangan merasa bersalah kek gitu, sayang..." Tangan Jisoo kembali terangkat, menangkup sebelah pipi gembil pacarnya. "Aku ngerti semua yang kamu rasain dan kamu sama sekali bukan beban buatku, Jen. Cukup kamu disampingku, sempurnakan langkahku, tuk menyusuri waktu. Cukup kamu disampingku, jalan bersamamu, pastikan kamu bahagia..."

Dia Dia DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang