Part 10

455 47 12
                                    

"Kenapa kalian bisa bareng?"

"Tadi itu aku pas-pasan sama Krystal, dia mau pergi jogging katanya. Trus aku tawarin sarapan bubur dulu..."

"Kenapa kamu tawarin?"

"Krystal biasanya sering lewatin sarapan. Ntar siangnya dia langsung makan ramyun. Kebiasaannya yang g..."

"Aku gak perlu tau tentang kebiasaannya itu. Trus kenapa lama baliknya?"

"Awalnya dia minta temenin makan di warung itu. Tapi, Krystal makannya..."

"Jadi kamu udah makan bubur bareng Krystal?"

"Enggak. Nih punya aku sama kamu." Ucap Jisoo sambil mengangkat kantong plastik yang berisi 2 bungkus bubur.

"Kamu gak makan disana, cuma nemenin dia doang. Apa selama itu?"

Jisoo sebenarnya bingung mau jawab apa. Kalo dia ngomong yang sebenarnya, bahwa si cewek cakep makannya lelet banget, pasti Jennie bakalan jengah dan memotong ucapannya lagi. "Tadi tu rame banget yang beli buburnya, yank. Pas aku pesan bubur komplit, ada beberapa topping yang habis. Jadi tukang buburnya ngambil itu dulu di rumahnya. Kata tukang bubur, mau nunggu apa gimana? Kalo mau yang komplit, mesti nunggu dulu. Tapi kalo yang biasa, bisa langsung dibuatin. Krystal yang udah laper, pesen bubur biasa yang dia makan saat itu juga. Karena kamu tadi pengennya bubur komplit, ya udah aku bilang ke tukang bubur, aku tetap pesan yang komplit. Trus juga bilang, jangan lama-lama ngambil topping nya. Eh, gak taunya lama, yank. Tukang bubur itu bil..."

"Udah! Gak usah dilanjutin!"

Jisoo langsung mengunci rapat kedua bibirnya, sambil mangut-mangut. Sedangkan sang pacar masih menatap dirinya tajam. Jisoo pun mengalihkan pandangannya, menghindari tatapan Jennie itu.

"Jadi... Ngapain dia cium kamu?"

Akhirnya pertanyaan itu muncul juga. Jisoo sudah memikirkan jawaban yang masuk akal. Bahkan si cowok memikirkannya saat jalan menuju unitnya. Jika saja Jennie langsung bertanya saat itu juga, mungkin si cowok bakal bingung setengah mati. Dan untungnya Jennie pergi gitu aja setelah pergoki Krystal kecup pipi Jisoo.

"Itu... Hm, sebagai ucapan terima kasih karena udah aku traktir bubur."

"Bener?"

"Bener, yank. Dia sendiri yang bilang kok."

"Apa setiap kamu traktir, Krystal bakal cium-cium kamu?"

"E-enggak... Yang tadi pertama kalinya dia lakukan..."

"Nah itu yang aku tanyain. Kenapa dia cium kamu tadi? Padahal kalian sahabatan sejak sekolah. Kenapa gak dari dulu kalian cipika cipiki gitu?"

"A-aku gak tau..." Jawab Jisoo menunduk.

Jujur si cowok juga bingung dengan sahabatnya itu. Senyuman Krystal tadi. Jisoo masih ingat dengan jelas, bahwa dia tidak pernah melihat Krystal tersenyum begitu manis padanya.

"Kamu tau, Ji. Aku gak pernah larang kamu dekat-dekat Krystal. Aku bebasin kamu lakuin apa aja sama dia. Karena yang kulihat dulu, kalian temenan, sahabatan, dalam batas yang wajar. Tapi sekarang... Dia semakin intens aja deketin kamu, semakin nempel-nempel sama kamu, sering datang ke unit kamu, bahkan dia pernah dengar kita lagi M... Huft..."

Jisoo hanya diam menatap Jennie yang berkeluh kesah. Dia gak berani menyangkal semua yang Jennie bilang. Kalo dia sangkal, hanya akan membuat Jennie marah, dan berakhir stres. Jisoo harus menghindari hal itu, apalagi sang pacar kini berbadan dua.

"Aku gak percaya dengan sahabatan lawan jenis tanpa ada rasa. Jika pun ada, mereka pasti udah lewatin fase 'suka dengan sahabat sendiri'."

"Tapi ak..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Dia DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang