Singto membuka matanya kala merasakan begitu hangatnya perapian, sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya yang berangsur membaik. Badannya sudah seperti awal, tak lagi kurus seperti saat sebelum dirinya memutuskan untuk tidur. Dia terduduk di sebuah kasur tempat dirinya tidur sebelumnya.
Pintu yang hanya ditutup oleh sebuah kain pun terbuka, menampilkan seorang lelaki muda dengan perawakan tinggi beserta rambut yang berwarna perak.
"Kau sudah bangun." Ujar pemuda tersebut, Singto tidak menjawab, dia hanya terdiam menatap lantai yang terbuat dari kayu.
"Siapa namamu?" Tanya pemuda itu lagi, tapi Singto masih diam, bahkan tubunya bergeming, tak bergerak sedikitpun.
"Kau mau sup hangat?" Tawar pemuda itu lagi yang berhasil membuat Singto langsung menoleh ke arahnya.
"Baiklah, tunggu saja di sini." Pemuda itu pun keluar dari ruangan tersebut.
"Dek, Fiat." Ujar Singto lirih. Dia teramat merindukan senyuman dari orang-orang yang telah ditinggalkan olehnya. Entah sudah berapa lama sejak dia terbangun dengan tubuh ini, dan berjalan menyusuri gurun salju, di tempat antah berantah.
Pemuda yang sebelumnya pun kembali dengan membawa mangkuk yang terbuat dari kayu, terlihat kepulan asap tipis dari dalam mangkuk tersebut.
"Makanlah sup hangat ini." Ujar pemuda tersebut menyerahkan mangkuk yang dia genggam pada Singto. Singto pun menerima sup yang diberikan oleh pemuda tersebut, dan langsung menyuapkan satu sendok sup daging itu. Pemuda yang memberikan sup itu terduduk di samping Singto.
"Namaku Darius. Siapa namamu?" Ujar pemuda itu memperkenalkan namanya. Singto yang memang tidak pernah berbicara di saat makan tidak berbicara sepatah katapun. Dan tak butuh waktu lama untuk Singto menghabiskan sup hangat itu.
"Singto." Ujar Singto memberitahukan namanya.
"Singto?" Darius tampak kebingungan dengan apa maksud Singto.
"Namaku." Jawab Singto menghilangkan kebingungan Darius.
"Salam kenal ya." Ujar Darius, Singto hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
"Kau tahu? Aku pikir kau bisu karena tidak mengucapkan sepatah kata pun saat aku mengajakmu berbicara." Kembali, Singto tak mengucapkan apapun. Kepalanya menoleh pada perapian yang anehnya tidak membakar tempat ini, padahal tempat ini keseluruhannya adalah kayu. Dia pun mendekati perapian tersebut, mengulurkan tangannya agar tubuhnya terasa lebih hangat. Singto menggosokkan kedua telapak tangannya dan meniup kedua telapak tangan tersebut.
"Apa aku boleh tahu, darimana kamu berasal?" Tanya Darius, dan Singto hanya terdiam saja, karena dia pun bingung harus menjawab apa.
"Kenapa kau bisa berada di ujung benua ini?" Tanya Darius lagi. Singto hanya menggelengkan kepalanya, tanpa membuka mulutnya untuk berbicara. Bukan dia sedang berlagak bisu, tapi dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak tahu tempat apapun di sini.
"Apa nama tempat ini?" Tanya Singto.
"Ini ujung benua, nama tempat ini Eprusai. Di sekitar ini tidak ada kehidupan lain karena hanya desa Eprusai ini satu-satunya tempat yang ada di sini." Jawab Darius, Singto kembali menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
***
Sebuah meja makan besar dan mewah dengan segala makanan khas kerajaan tersaji begitu rapi dan menggoda selera siapapun yang melihatnya. Dhiraph, dia hanya terdiam menatap beberapa pelayan, pangeran, Ratu dan juga seorang Raja yang juga menatap para pelayan yang masih menyajikan makan malam.
"Bagaimana keadaanmu Dhiraph?" Tanya sang Raja pada Dhiraph yang tampak merenung sembari menatap banyaknya makanan yang tersaji di depannya. Dia sudah mengetahui siapa Raja dan Ratu beserta kedua pangeran lain yang satu meja dengannya. Sang Ratu adalah ibunya, sang Raja adalah ayahnya, dan kedua pangeran yang lain adalah kakak dari Dhiraph. Ya, Dhiraph adalah seorang bungsu di keluarga ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/367580289-288-k219571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
To Your Eternity [Discontinued]
Fantasy[Peraya Fan Fiction] "Aku akan menghancurkan dunia yang penuh dengan penindasan ini." Singto. "Aku akan melindungi dunia ini walaupun nyawaku taruhannya." Krist. Sebuah kisah tentang sepasang kekasih yang bereinkarnasi setelah mereka meninggal. Sing...