_
■■■
Setelah dikembalikan ke dunia oleh makhluk halus yang bernama Susanti itu, Naya dan Harsa hanya terdiam, dalam waktu yang lama mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Naya menepuk-nepuk pipinya sendiri dan bergidik ngeri, lalu menatap Harsa yang masih terdiam dengan tatapan kosong.
"Harsa." Naya memanggilnya, Harsa menoleh dengan mata yang tampak berkaca-kaca.
"Aku pasti bantu kamu, aku gak akan tinggalin kamu gitu aja." Kali ini Naya lebih yakin dengan ucapannya.
Harsa mengangguk sambil tersenyum tipis, dan berterima kasih. "Siapa nama kamu?"
"Naya Dwinara." Naya menjawab sambil refleks mengulurkan tangannya, lalu menurunkan tangannya, dia lupa kalau Harsa tidak bisa membalas jabat tangannya.
Hal itu membuat Harsa menunduk, dia sangat sedih dan tertekan dengan keadaannya sekarang.
"Hantu Susanti itu bilang kalau kamu ditumbalin orang terdekat, menurut kamu siapa? Apa orang tua kamu?"
Harsa tampak tersinggung dengan ucapan Naya.
"Aku pikir-" Harsa tidak melanjutkan ucapannya saat mendengar perut Naya berbunyi. "Kamu lapar?" tanyanya.
"I-iya." Naya dengan malu memeluk perutnya lalu menatap jam dinding dengan mata terbelalak. "Waktu aku kerja di tempat paman aku udah kelewat dua jam! Dia pasti marah!"
Kemudian Naya dengan panik berjalan ke arah lemari pakaiannya, lalu berbalik. "K-kamu keluar, aku mau ganti baju."
Harsa tidak langsung mengiyakan, dia takut jauh dari Naya.
"Harsa." Naya yang saat ini tengah panik meninggikan nada bicaranya, memintanya segera keluar.
Harsa perlahan menganggukkan kepalanya lalu keluar dengan menembus pintu.
Naya menghembuskan napasnya secara kasar lalu mengambil salah satu bajunya, dengan cepat dia berganti pakaian.
Namun, saat Naya menatap cermin untuk memastikan penampilannya rapi atau tidak, dia menjerit karena melihat sosok makhluk halus yang berbayang hitam besar di belakangnya.
Harsa pun tanpa berpikir panjang masuk ke dalam, dan mendapati sosok makhluk halus yang kini berada di depan Naya, tetapi saat hantu itu menoleh ke arahnya, dia langsung menghilang.
"Kamu baik-baik aja??" Harsa dengan khawatir segera menghampirinya.
Naya mengangguk dengan napas tak beraturan, dia benar-benar takut pada semua jenis hantu!
Kemudian mereka keluar dari kamar Naya.
"Naya, apa kamu gak bisa berhenti dulu kerja? Kita harus cari tubuh aku dan pelaku pembunuhan itu, kita cuma punya sedikit waktu."
Naya yang sedang mengunci pintu rumahnya lantas terdiam, lalu menatap Harsa dengan wajah bingungnya. "Gak bisa, paman aku pasti marah kalau aku gak kerja."
Harsa kini semakin mengerti kalau pamannya Naya itu orang yang pemarah.
"Di mana orang tua kamu?" Harsa bertanya setelah mereka berada di area jalan untuk menuju tempat usaha pamannya Naya itu.
"Mereka kecelakaan mobil waktu aku masih kecil, jadi aku tinggal sama nenek, sejak nenek meninggal sebelumnya aku sempet tinggal sama paman, tapi dia sama istrinya selalu jadiin aku sasaran kemarahan mereka, jadi aku mutusin tinggal sendiri lagi di rumah tadi, dan aku kerja di sana buat bisa makan, kalau biaya sekolah aku dapat beasiswa."
Kemudian Naya menatapnya sambil tersenyum, dan Harsa mengerti dibalik senyumnya itu banyak luka yang mendalam yang tampaknya selalu dia tahan, tidak diungkapkan sama sekali.
Harsa merasa malu pada dirinya sendiri karena dari dulu dirinya selalu mudah mengeluh dalam hal-hal kecil, ternyata di luar sana ada orang lain yang lebih sulit darinya, tetapi masih bisa tersenyum.
"Itu tempatnya." Naya dengan ceria menunjuk ke suatu arah.
"Kamu gak makan dulu sebelum kerja?"
"Nanti aja." Naya tersenyum lalu mempercepat langkahnya.
Namun, saat akan menyeberang jalan, Naya memundurkan langkahnya, dia baru menyadari ada banyak jenis hantu yang menyeramkan di sana, dulu sampai kemarin hantu-hantu itu tidak ada, mengapa sekarang dia melihat banyak hantu di tempat usaha pamannya?!
"Naya, jumlah mereka banyak." Harsa yang juga bisa melihat mereka, dia ketakutan.
Naya menyeberang jalan lalu masuk ke warung bakso yang tempatnya ditata dengan baik dan bersih agar nyaman bagi pembeli, dia berusaha berpura-pura tidak melihat hantu-hantu itu, meskipun salah satu dari mereka hantu yang dibungkus seperti permen dengan kain putih itu tampak menyambut kedatangannya, dan juga mereka berdiri di sekitar para pembeli, baik itu yang makan di tempat ataupun mengantri untuk dibawa pulang.
Sementara itu, dua hantu anak kecil tanpa rambut tengah berada di punggung dua pembeli yang makan di tempat, dan satu hantu berbadan besar yang paling menyeramkan di antara hantu lainnya tengah meneteskan air liurnya pada kuah bakso dalam panci besar.
Naya dengan marah, tetapi juga ketakutan berjalan ke area dapur, dia akan menegur pamannya, mengabaikan Harsa yang terus memanggilnya.
"Paman." Naya memanggil pamannya yang sedang menghitung banyak uang di atas meja.
"Kamu kemana aja?! Cepat kerja!"
"Aku gak mau kerja, apa yang paman lakuin dengan warung bakso ini, apa paman pakai penglaris??"
"Jaga bicara kamu! Jangan menuduh paman sembarangan!"
Naya berusaha menahan air matanya, dia tipe orang yang mudah menangis jika dibentak.
"Cepat kerja!"
Naya menggeleng, dia lebih memilih pergi daripada bekerja, apalagi mendukung usaha pamannya yang dilakukan dengan cara menjijikan.
"Naya! Mau kemana kamu!"
Naya terus berjalan dengan cepat dan dia refleks menghentikan langkahnya saat hampir menabrak salah satu hantu anak kecil tanpa rambut yang sedang berlarian.
Naya menelan ludahnya, hantu itu tampaknya menyadari kalau dia bisa melihatnya.
"Halo, kakak."
Bulu kuduk Naya berdiri, dia sedari tadi mengalihkan pandangannya dari hantu itu, tetapi hantu itu terus berusaha bertatap mata dengannya.
Jika hantu itu berwajah lucu Naya tidak akan merinding! Masalahnya walaupun sosok anak kecil, hantu itu terlihat menakutkan!
"Naya." Harsa menyadarkannya dan mengisyaratkan agar mereka segera pergi dari tempat itu.
TBC
Ceritain singkat pengalaman horor kalian dong
Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku🦋qinazxaa🦋, makasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐊𝐚𝐭𝐚
Jugendliteratur📌Tidak disarankan dibaca pada malam hari📌 Kisah tentang Naya yang di tahun 2008 berusaha menemukan pelaku pembunuh anak Pak kepala sekolah di sekolahnya dan membantu menemukan orang terdekat yang menumbalkan orang yang disukainya, Harsa. Namun, u...