𝟔. 𝐑𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐊𝐨𝐬𝐨𝐧𝐠

20 4 0
                                    

_

■■■

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

■■■

Selama di perjalanan menuju sekolah dengan berjalan kaki, Naya terus tersenyum dengan jantungnya yang berdebar, dia senang tak karuan.

Siapa yang tidak senang jika bisa berangkat ke sekolah bersama dengan orang yang disukai?

Sementara itu, Harsa merasa heran, mengapa Naya terlihat sangat senang, sampai-sampai sesekali dia melompat sambil bersenandung.

"Ngomong-ngomong... kamu kelas berapa?"

"Aku kelas dua IPS 3, kalau kamu?"

"Wah ternyata sama kelas dua, tapi aku anak IPA, IPA 1."

Kemudian Naya dan Harsa hanya saling tersenyum, lalu mereka menatap jalanan di depan.

"Aku pergi duluan." Namun, Baru saja tiba di pintu gerbang sekolah Harsa berpamitan padanya.

"Mau kemana?" Dahi Naya mengernyit heran.

"Aku mau liat Natasya."

Beberapa saat Naya terdiam, dan saat hendak bertanya lagi Harsa sudah pergi.

Naya kenal dengan Natasya, dia salah satu siswi di sekolah yang berprestasi, tetapi siapa Natasya bagi Harsa? Mengapa dia ingin menemuinya?

Selama pembelajaran berlangsung di kelas, Naya tidak melihat Harsa masuk ke kelasnya, apa dia masih bersama Natasya?

Di waktu istirahat, Naya segera keluar dari kelasnya, tetapi bukan untuk ke kantin, tetapi mencari Harsa, sesuai rencana yang dibuat mereka tadi malam, mereka berencana akan pergi ke ruang kelas kosong tempat ditemukan mayat anak Pak kepala sekolah, dan pergi ke ruang ekstrakulikuler musik.

Kini Naya memutuskan pergi ke kelas dua Ipa 1 karena setahunya Natasya sekelas dengan Harsa.

Ketika hampir tiba di kelas itu, langkah Naya semakin melambat, dia ragu apakah benar-benar harus pergi ke sana? Bagaimana jika Harsa tidak ada di sana?

Dan alasan apa yang harus Naya buat untuk masuk ke dalam kelas itu?

Naya berhenti di depan jendela kelas itu, dia tidak berani masuk, dia akan diam-diam melihat isi kelas itu yang sebagian sudah kosong, pastinya sebagian siswa sudah pergi ke kantin.

"Ngapain?"

Naya mengerjap, lalu menoleh ke arah suara, dia mendapati Johan yang menatapnya dengan alis bertaut, tatapannya tidak ramah sama sekali.

"C-cari Harsa." Naya menjawab dengan terbata.

Johan terkekeh. "Penguntit."

Naya lantas mendekat pada Johan sambil menggeleng keras. "Aku bukan penguntit, kayak yang aku bilang juga tadi malem, Harsa ada di depan kamu. Kita berangkat ke sekolah bersama, tapi dia bilang dia mau nemuin Natasya."

𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐊𝐚𝐭𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang