Rindu ; Chapter Lima

3 0 0
                                    

Sudah dua hari lamanya kita singgah di pantai ini. Sejujurnya aku sangat suka tinggal di pantai, sejuk dan damai. Andaikan saja aku tinggal di Balekambang semenjak kecil, mungkin aku akan menjadi gadis pantai yang cantik nan menawan, bukan? Haha, bercanda.

Dari pagi sampai sore, kami bertiga menghabiskan waktu di pantai. Bermain seperti biasa, dan malam ini, kamu berempat dengan Bunda juga, akan bersantai dipinggir pantai, dan sekedar duduk-duduk saja dikursi.

Bunda membagi tugas. Aku dan Kak Niel akan mengambil kursi lipat di mobil serta alat untuk bakar-bakar. Lalu Rayen membeli cemilan, kami semua sepakat untuk membeli eskrim. Sementara Bunda sendiri akan membeli bahan-bahannya.

Aku dan Kak Niel berjalan ke parkiran untuk mengambil kursi dan alat bakar. Gelap, jalan menuju parkiran sangat gelap, padahal baru jam delapan malam. Aku menggandeng tangan Kakakku erat erat. Kakak yang melihat aku ketakutan seperti itu lalu berkata, "Kakak gak bakalan hilang dek dari hidup mu, tenang aja." Aku memutar mataku malas karena ucapan kakak.

Akhirnya kami sampai di parkiran. Aku mengambil kursi, dan Kakak mengambil alat bakarnya. Akhirnya kami kembali berjalan menuju tempat kami berada. Tiba-tiba, Kak Niel menyenggolku yang membuatku sontak langsung menoleh kearah Kakak.

"Dek, nanti kalau Kakak tiba-tiba meninggal, jangan lupain Kakak ya. Kalau Adek kangen sama Kakak, tinggal setel lagu Taruh, oke?"
"Ngomong apaan sih, Kak. Gak lucu tau gak!"

Kakak hanya membalasnya dengan tawaan. Tapi, dari perkataan kakak, aku jadi memikirkan, jika apa yang dikatakan oleh kakak adalah benar, ah, tapi aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Akhirnya, aku membuang jauh-jauh pikiran tersebut.

Sesampainya kami berdua ditempat awal, kami hanya tinggal menyebrang. Sudah terlihat surai hitam milik Rayen. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk langsung menyabrang tanpa melihat kekanan dan kekiri. Tiba-tiba, sinar putih menghantam mataku.

TINN!
BRAKK!

Tubuhku merasa melayang, kursi yangku tenteng dikedua tanganku, sepertinya ikut melayang. Semuanya tiba-tiba menjadi hitam, tubuhku seperti terbentur di pasir pantai. Ah, rasanya sakit. Sebelum akhirnya aku tidak mendengar suara apa-apa, aku sempat mendengar suara Rayen, tapi tidak begitu jelas. Sampai akhirnya aku benar-benar tidak sadarkan diri.

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang