00XIV. Rasa Yang Tertinggal
“Permaisuri tidak pernah meninggalkan istana. Beliau lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, dikarenakan kondisi internal kekaisaran masih buruk sehingga beliau bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.”Pria dengan hair down yang masih basah itu meremat surat yang baru selesai dibaca, kemudian melemparnya ke dalam api yang menyala-nyala dalam perapian. Ekspresi wajahnya mungkin tidak terbaca, tetapi sorot matanya menampilkan kegelisahan cukup nyata.
Empat belas hari telah berlalu dan suasana hatinya masih ambigu. Dengan kondisi seperti itu, marquis Cleveland bahkan tidak dapat memperlakukan istrinya dengan semestinya. Rasa sesal yang bercokol dalam dada selalu membuyarkan perhatian ketika tengah menghabiskan waktu bersama. Pada akhirnya, ia memilih untuk mengambil jarak dengan cara lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
“Lama-lama aku bisa gila.”
Pria gagah yang bertelanjang dada itu bermonolog seraya menatap benda berbahan dasar logam tungsten hitam berkualitas tinggi yang menghiasi jari tengah tangan kanannya; di mana menurut mitologi Yunani, memakai benda itu di jari tengah dianggap sebagai simbol sifat bertanggung jawab. Namun, si pengguna tidak menunjukkan sifat tersebut pada sang pemberi.
“Kupikir sekang kau memang sudah gila, Kael.”
Pemilik nama itu tersentak, kemudian berbalik badan dengan segera. Gesture penghormatan ditunjukkan ketika dark hazel brown eyes miliknya menemukan sosok pemilik obsidian black eyes bersandar di kerangka pintu yang entah sejak kapan sudah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levirate Marriage
RomanceAdelaide Caroline von Bernadette baru saja kehilangan pendamping hidupnya, Khalix Louis von Effenberg. Ditinggalkan sebagai permaisuri tanpa pewaris tahta, Adelaide tentu saja mendapatkan tentangan dari beberapa pihak. Di tengah panasnya pertentanga...