Setelah ijab qobul terucap, saya bukan hanya berjanji padamu tapi juga kepada kedua orang tuamu. Dan saya juga sudah bersumpah dihadapan Allah bahwa saya akan menyayangi dan memperlakukan kamu sebagaimana sebaik baiknya perhiasan dunia.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Sore hari setelah selesai acara resepsi pernikahan.
Bilal memutuskan untuk langsung mengajak istrinya tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya, akan tetapi jarak rumah mereka berdua tidak terlalu jauh dengan rumah Mama Lenka begitu pun dengan jarak pesantren, tepatnya berada ditengah tengah.
Umi Asma dan Abi Khalid juga ikut berpamitan untuk kembali ke pesantren.
"Bilal, Mama titip Lea ya! Jagain dia," Mama Lenka mengelus pelan pundak Lea.
"Iya Ma! Bilal janji akan menjaga Lea dengan baik." Sambung Bilal dengan tersenyum manis.
"Iya udah kalau gitu kita jalan sekarang, takut kemaleman sampai nya!" Ucap Abi Khalid.
Mereka semua bergegas pergi dan meninggalkan Mama Lenka sendirian di rumah. Bilal dan Lea mencium tangan Mama Lenka bergantian.
Selama perjalanan Lea tidak pernah berbicara sepatah katapun, mulutnya seperti terkunci, tatapannya kosong, dia tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berakhir seperti ini.
Sesampainya di rumah Bilal.
"Makasih ya Bi udah nganterin kita!" Ucap Bilal.
"Sama sama! Kalian berdua jaga diri baik baik." Lanjut Umi Asma.
"Ingat pesan Abi." Sambung Abi Khalid.
Bilal menganggukkan kepalanya sambil mencium tangan orang tuanya satu persatu dan bergegas turun dari mobil diikuti oleh Lea.
"Semoga pernikahan mereka berdua menjadi pernikahan yang diridhoi oleh Allah dan bisa membawa kebahagiaan untuk semua orang ya Bi." Ucap Umi Asma dengan lembut.
"Aamiin ya Allah." Sambung Abi Khalid sambil menyetir mobilnya.
Lea langsung masuk kedalam rumah dengan menggeret kopernya dengan cepat.
"Sini, biar Mas yang bawa," Bilal langsung mengambil koper yang ada ditangan Lea.
"Bisa nggak, manggilnya nggak usah formal kayak gitu. Jijik gue dengernya."
"Maaf, tapi mas lebih nyaman manggilnya kayak gini."
"TERSERAH LO," lea Langsung meninggalkan Bilal masuk kedalam rumah.
Sesampainya didalam rumah, Lea menghentikan jalannya dan mendekati Bilal. "Lo nggak usah berharap lebih sama gue. Karena sampai kapanpun, gue nggak akan pernah anggap lo sebagai suami gue. Bagi gue pernikahan ini cuma di atas kertas."
"Maksud kamu?"
"Walaupun kita udah nikah, kita berdua tetap bersikap layaknya orang asing. Lo nggak berhak ngatur ngatur hidup gue. Gue juga nggak mau tidak satu kamar sama lo. Dan lo nggak boleh nyentuh gue sedikitpun."
"Astaghfirullah. Bagaimanapun juga kita ini udah nikah, Lea?"
"Kalau bukan karena di paksa, gue juga ogah banget nikah sama lo."
"Astaghfirullah, berarti sama aja kita berdua telah mempermainkan pernikahan. Itu perbuatan dosa, Lea."
"Gue nggak peduli."
Bilal mengelus pelan dadanya dan terus saja berucap. "Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah."
Lea mengkerutkan bibir mungilnya dan menatap tajam. "Lo nggak boleh macem macem sama gue."
"Tapi, Ya?"
"Tinggal iya in aja bisa nggak sih."
Wajah Bilal hanya menunduk lesu, dengan menarik nafas panjang dan menopang air mata yang hampir jatuh. "Iya baiklah, Mas yang ngalah."
"Cepetan kasih tau, kamar gue dimana? Gue capek, mau tidur."
"Kamar dirumah ini ada tiga, yang diatas dua terus yang dibawah ada satu, itu kamarnya Bibi."
"Oke, gue tidur di kamar sebelah kanan dan lo tidur dikamar sebelah kiri."
"Iya."
"Awas kalo sampai lo berani nyentuh gue," Lea langsung mengambil kooper nya.
"Mas janji! Mas nggak akan pernah nyentuh kamu sebelum kamu diizinin."
"Bagus," Lea langsung naik kelantai atas.
"Lea kenapa ya? Apa mungkin karena dia belum terbiasa aja?"
"Den! Jangan ngelamun." Bi Sumi yang tiba tiba muncul dari belakang.
"Astaghfirullah hal azim, Bibi! Bikin kaget aja," Bilal mengelus ngelus dadanya.
"Maaf, Den! Habis dari tadi Bibi perhatian, Aden ngelamun aja." Ucap Bi Sumi.
"Bibi, dari mana?" Tanya Bilal.
"Tadi, Bibi habis beres beres didapur, pas Bibi mau nyamperin Aden, Bibi nggak sengaja denger obrolan Aden sama Non Lea. Maaf ya, Den." Bi Sumi hanya tertunduk merasa bersalah.
"Iya Bi, nggak papa."
"Tapi, kenapa Non Lea kayak gitu ya, Den?" Bi Sumi pun kebingungan dengan tingkah Lea.
"Mungkin Lea masih belum bisa nerima situasi aja Bi, In syaa Allah perlahan Lea pasti akan ngerti." Ujar Bilal.
"Yang sabar ya, Den." Sambung bi Sumi.
"Jangan Bilang Abi sama Umi ya Bi, tentang masalah ini, sama orang tuanya Lea juga." Ujar Bilal.
"Iya Den! Bibi permisi kedapur dulu ya! Mau masak buat makan malam," Bi Sumi langsung berjalan menuju dapur.
Bilal hanya tersenyum sambil mengangguk kan kepalanya.
°°°
Lanjut lagi ke part selanjutnya ya!
Jangan lupa Vote dan comment!
Terima kasih
Love you🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Teen Fiction"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...