Dia laki laki yang nyaris sempurna. Tapi, sayangnya sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa mencintainya.-Azzalea Syafa Lorenza
°°°Tanpa basa basi, Bilal langsung menggendong badan istrinya ke kamar. Ia berusaha menaiki tangga satu persatu. Dengan rasa cemas dan masih bertanya tanya dengan apa yang terjadi terhadap istrinya itu?
Ditambah dengan bau alkohol yang tampak begitu menyengat dari mulut Lea. Tapi, ia belum bisa bertanya sekarang karena keadaan istrinya masih sangat lemah.
Selesai menaiki tangga, Lea memberontak kan badannya dan berusaha melepaskan gendongan dari Bilal.
"Lepasin gue." Bentak Lea.
Bilal pun langsung melepaskan kedua tangannya dan menurunkan badan Lea dengan pelan.
"Makasih," Lea langsung masuk kedalam kamarnya.
Terlihat Bi Sumi yang datang membawa kompresan es batu dan juga handuk kecil.
"Biar saya aja Bi," Bilal mengambil baskom kecil ditangan Bi Sumi.
Bi Sumi menganggukkan kepalanya dan meninggalkan Bilal sendirian di depan pintu kamar.
"Boleh Mas masuk." Ucap Bilal.
TUK
TUK
Tangan Bilal terus saja bermain berkali kali di dinding pintu kamar, berharap ada respon sedikit saja dari istrinya.
"Masuk." Sahut Lea.
Dengan pelan, Bilal langsung membuka pintu dan menghampiri istrinya yang sedang berbaring di kasur.
"Ngapain?" ketus Lea.
"Mas mau ngobatin luka kamu."
"Nggak perlu." Lea menarik kencang selimutnya sampai menutupi wajahnya.
"Lukanya harus diobatin, nanti tambah parah." Ujar Bilal. Ia pun langsung duduk disampingnya Lea.
Lea hanya terdiam, ia tidak merespon ucapan suaminya sedikit pun.
"Ayolah! Mas mohon."
Lea langsung beranjak duduk dengan wajah sinisnya. "Iya udah iya. Bawel banget."
"Ma-af." Bilal mengoles pelan wajah Lea yang memar.
"Pelan pelan."
"Kok kamu bisa kayak gini? Apa kamu habis dikeroyok sama orang?"
"Iya."
"Kok bisa?"
"Mana gue tau."
"Mas boleh tanya sesuatu?"
"Hem?"
Bilal menatap mata istrinya dari dekat. Bau alkohol yang begitu menyengat membuat Bilal semakin yakin bahwa istrinya memang habis minum. Tanpa basa basi ia langsung bertanya kepada Lea. "Kamu habis minum?"
"Sok tahu." Jawab Lea sambil memalingkan wajahnya dari Bilal.
"Mas tau, mulut kamu itu bau alkohol. Terus tadi juga kamu kayak orang linglung."
Dengan perasaan tanpa bersalah sedikitpun. Lea kembali menatap wajah Bilal sambil membentak keras. "Kalo iya, emang kenapa? Mau marah?"
"Astaghfirullah hal azim. Alkohol itu nggak baik buat kesehatan, apalagi buat perempuan bisa bahaya buat rahim."
"Bukan urusan lo. Lagian, emang lo pikir gue mau hamil? nggak. Nikah aja gue nggak mau, apalagi sampai punya anak." Wajah Lea memerah dan matanya melotot tajam.
"Tapi alkohol itu nggak baik buat kesehatan kamu, alkohol juga haram hukumnya dalam islam."
"Kalo lo dateng ke kamar gue cuma mau ceramahin gue, mending lo keluar sekarang."
"Ya, dengerin Mas dulu. Mas cuma nggak mau kamu kenapa napa."
"KELUAR."
Bilal pun langsung pergi dari kamar istrinya. Berkali kali Bibirnya tidak henti hentinya beristighfar. "Astaghfirullah hal azim."
"Istri hampir mati bukannya panik malah banyak tanya," Lea langsung menarik selimutnya sampai menutupi wajahnya.
Setelah beberapa saat, Lea langsung tertidur pulas.
Hanya ada detakan suara jarum jam yang terdengar dari dalam kamarnya. Jarum jam itu terus saja bergerak tanpa henti, mengitari perlahan demi perlahan bulatan angka didalamnya.
Pagi hari pukul 06:30 WIB.
"Sayang! bangun, udah pagi." Ucap Bilal
Ia menghampiri tempat tidur Lea sambil membawa roti coklat dan segelas susu yang ia taruh di atas nampan kecil.
Lea berpura pura masih tertidur didalam selimut milik nya dan menghiraukan suara Bilal. Baginya suara Bilal hanya seperti desiran angin yang berhembus seakan numpang lewat.
"Ini makanan nya, Mas taro disini ya! Tadi, Mas juga udah telpon dokter buat kesini meriksa luka kamu, takutnya ada yang parah. Bentar lagi dokternya datang," ujar Bilal sambil menaruh makanan ke atas meja.
"Mas pergi dulu, soalnya ada rapat di pesantren. Kalau nanti kamu perlu apa apa, langsung telpon Mas," Bilal beranjak dari kamar Lea.
"Assalamualaikum!" Bilal berjalan dan menutup pelan pintu kamar Lea.
Lea membuka wajahnya dari selimut sesaat setelah Bilal pergi. "Lah, kok pergi sih?"
"Istri lagi ngambek bukannya dibujuk malah main pergi aja. Dasar cowok nggak peka, Ngeselin, Arrghh." Lea mengacak ngacak rambutnya yang kusut.
Satu jam kemudian.
Bi Sumi membuka pelan pintu kamar Lea. "Non, ini dokter nya udah dateng."
"Suruh masuk aja Bi." Ucap Lea yang masih berbaring di kasur sambil melihat layar ponselnya.
Bi Sumi dan Dokter langsung masuk ke kamar Lea.
"Saya periksa dulu ya dek!" Dokter mengecek denyut jantung Lea dan suhu badannya.
"Alhamdulillah semuanya baik baik aja, hanya luka memar biasa." Ujar Dokter sambil tersenyum.
"Ini saya berikan salep buat dioles ke memarnya, sama obat supaya nggak bengkak." Lanjut Dokter.
"Makasih Dok." Ucap Lea sambil tersenyum.
"Bibi anter Dokter kedepan dulu ya, Non." Ucap Bi Sumi dengan senyum.
Lea menganggukkan kepalanya.
Bi Sumi dan Dokter keluar dari kamar Lea.
°°°
Lanjut lagi ke part selanjutnya!
Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih 🤍

KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [END]
Teen Fiction"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...