CHAPTER 56

782 29 5
                                    

Rasa cinta tidak akan pernah bisa diketahui kedalamnya. Kecuali setelah adanya perpisahan.


-Azzalea Syafa Lorenza

°°°


Hari ini, Lea dan kedua orang tuanya sudah merencanakan makan siang bersama di luar sekaligus mau kerumah sakit untuk memeriksa kandungannya Lea.

Setelah selesai bersiap siap, mereka langsung bergegas pergi. Tapi, ketika sudah berada di depan rumah. Tiba tiba Lea menghentikan langkahnya dan menatap lurus kedepan. Bibirnya juga terus mengulang ngulang kata dengan tegas sebelum akhirnya terdiam. "Mas Bilal?"

Mama Lenka dan Papa Afzhal juga ikut menghentikan langkahnya.

"Assalamualaikum!" Ucap Bilal. Tapi, tetap tidak ada respon sedikitpun dari mereka.

Bilal juga membungkukkan badannya dihadapan Mama Lenka dan Papa Afzhal serta berusaha meraih tangan mereka karena hendak menciumnya. Tapi, mereka malah memalingkan wajahnya dari Bilal seolah jijik.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Lea dengan tegas.

Sambil menarik nafas panjangnya. Bilal kembali berdiri sempurna dan menatap wajah Lea. "Mas, mau ngasih tahu sesuatu sama kamu."

"Aku nggak punya waktu." Tegas Lea.

Tanpa basa basi, Bilal langsung mengeluarkan handphone yang ada di saku celananya dan membuka layarnya dengan cepat. "Kamu harus lihat ini."

Setelah itu, Bilal langsung menyodorkan handphone-nya di hadapan Lea untuk memperlihatkan video pengakuan Hanna tadi pagi yang di rekaman oleh Deren. "Mama sama Papa juga harus lihat."

"Apalagi sih?" Ucap Lea.

Walaupun kesal, Lea tetap melihat video yang diperlihatkan oleh Bilal. Kedua orang tuanya juga ikut melihat isi video tersebut.

Setelah menonton, mereka semua langsung terdiam karena mulut mereka sudah tidak mampu membentuk kata kata. Mereka benar benar tidak menyangka dengan kelakuan Hanna yang sudah sangat kelewat batas.

Setelah itu, Bilal juga menggeser layar handphone-nya dan memperlihatkan rekaman CCTV Hanna bersama Flora yang ada di apotik.

Setelah videonya selesai, mereka semua langsung menatap wajah Bilal karena ingin memastikan.

Sambil menatap wajah Bilal, air mata Lea juga ikut melaju dengan cepat membasahi kedua pipinya. "Ma-mas?"

"Hanna nggak hamil, sayang. Bahkan malam itu, Mas nggak pernah melakukan hal apapun sama Hanna." Jawab Bilal sambil menatap wajah Lea.

Air mata Lea terus mengalir deras membasahi kedua pipinya sehingga membuat nafasnya semakin tersendat sendat.  "Astaghfirullah hal azim."

"Ma-maafin aku, Mas. Aku lebih percaya sama omongannya Hanna dibanding kamu. Suami aku sendiri." Lanjut Lea.

Bilal langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil menatap wajah Lea. "Nggak, sayang. Disini emang Mas yang salah. Bukan kamu. Kalau dari awal Mas bisa bersikap lebih tegas sama Hanna. Mungkin kejadiannya nggak akan kayak gini."

Lea langsung terdiam dan tidak menjawab sepatah katapun.

Setelah itu, Bilal tiba tiba saja langsung berjongkok dan memeluk kedua kaki Lea dengan sangat erat. Air matanya juga melaju dengan cepat membasahi kedua pipinya. "To-tolong kasih Mas kesempatan, sayang. Mas mau memperbaiki semuanya. Mas nggak mau pisah sama kamu."

"Bilal?" Ucap Mama Lenka karena sedikit terkejut.

"Mas? Kamu ngapain? Kamu nggak pantas ngelakuin ini sama aku, Mas." Ucap Lea dan langsung membantu Bilal berdiri.

Lentara Untuk Zaujaty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang